Hai reader!
Ini tulisan pertamaku yang kontennya Islami. Ada dalilnya juga, lhooo :)
Alhamdulillah. Bisa juga ya :) Yang penting banyak banyak baca sih ya. Hehehe.
Ok cmiaw aja ya, reader. Oh iya reader juga dapat menemukan tulisan ini di website yang saya admin-i.
This: www.tamankarunia.org. Happy visitting! ;)
-----------------------------------------------------------
Sedekah,
mendengar namanya saja, orang sudah kenal keutamaannya. Sedekah berasal dari As-Shidq yang artinya jujur. Seorang
muslim yang bersedekah berarti dia membuktikan kejujurannya dalam beragama.
Betapa tidak, harta yang merupakan bagian yang dia cintai dalam hidupnya, harus
dia berikan ke pihak lain. Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebut sedekah sebagai 'burhan' (bukti). Dalam hadis dari Abu Malik
Al-Asy'ari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالصَّلَاةُ
نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ
عَلَيْكَ
"Shalat adalah cahaya, sedekah
merupakan bukti, sabar itu sinar panas, sementara Al-Quran bisa menjadi
pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu." (HR.
Muslim 223)
Dewasa
ini, banyak sekali umat muslim yang telah tersadar akan pentingnya bersedekah. Mereka
saling berbondong - bondong menyedekahkan harta untuk menolong sesama. Banyak
pula lembaga amal kolektif berdiri untuk menjadi penampung dan penyalur
sedekah. Tentu saja fenomena ini wajib kita syukuri. Alhamdulillah…
Nah,
pembaca yang dirahmati Allah.. Ternyata tidak semua sedekah itu bisa dikatakan
afdhol, lho. Kira - kira bagaimana ya sedekah yang
dikatakan afdhol itu? Simak penjelasan berikut ya..
Dalam
situs ermuslim.com menjelaskan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberikan gambaran kepada
ummatnya mengenai sedekah yang paling afdhol.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ
أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ
تَأْمُلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ وَلَا تُمْهِلْ
حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ
قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ
كَانَ لِفُلَانٍ
“Seseorang bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhol?” Beliau menjawab: “Kau bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian, dan untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR Bukhary)
Dari hadist diatas, sekurangnya kita temukan ada empat kriteria sedekah yang tergolong afdhol: (1) Dalam keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan duniawi; (2) dalam keadaan sangat ingin menjadi kaya; (3) dalam keadaan sangat khawatir menjadi miskin dan (4) tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan bersiap-siap membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa ditinggalkannya.
Pertama, orang yang paling afdhol dalam bersedekah ialah orang yang dalam keadaan sehat lagi loba alias tamak alias berambisi sangat mengejar keuntungan duniawi.
Artinya, ia masih muda lagi masa depan hidupnya masih dihiasi aneka ambisi dan perencanaan untuk menjadi seorang yang sukses, mungkin dalam karirnya atau bisinisnya.
Kedua, bersedekah ketika dalam keadaan sedang sangat ingin menjadi kaya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam seolah ingin menggambarkan bahwa orang yang dalam keadaan tidak ingin menjadi kaya berarti bersedekahnya kurang bernilai dibandingkan orang yang dalam keadaan berambisi menjadi kaya. Sebab bila seorang yang sedang berambisi menjadi kaya bersedekah berarti ia bukanlah tipe orang yang hanya ingin menikmati kekayaan untuk dirinya sendiri.Hal ini menunjukkan bahwa jika Allah izinkan dirinya benar-benar menjadi orang kaya, maka dalam kekayaan itu dia bakal selalu sadar ada hak kaum yang kurang bernasib baik yang perlu diperhatikan.
Ketiga,
sedekah menjadi afdhol bila si pemberi sedekah berada dalam keadaan khawatir
menjadi miskin. Walaupun
ia dalam keadaan khawatir menjadi miskin, namun hal ini tidak mempengaruhi
dirinya. Ia tetap berkeyakinan bahwa bersedekah dalam keadaan seperti itu
merupakan bukti ke-tawakkal-annya kepada Allah. Ia sadar bahwa jika Allah kehendaki, maka mungkin
sekali dirinya menjadi kaya atau menjadi miskin. Itu terserah Allah. Yang pasti
keadaan apapun yang dialaminya tidak mempengaruhi sedikitpun kebiasaannya
bersedekah.
Keempat, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sangat mewanti-wanti agar jangan sampai seseorang baru berfikir untuk bersedekah ketika ajal sudah menjelang. Sehingga digambarkan oleh beliau bahwa orang itu kemudian baru menyuruh seorang pencatat menginventarisasi siapa-siapa saja fihak yang berhak menerima harta miliknya yang hendak disedekahkan alias diwasiatkan. Ini bukanlah bentuk bersedekah yang afdhol. Sebab pada hakikatnya, seorang yang bersedekah ketika ajal sudah menjelang, berarti ia melakukannya dalam keadaan sudah dipaksa oleh keadaan dirinya yang sudah tidak punya pilihan lain.
Keempat, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sangat mewanti-wanti agar jangan sampai seseorang baru berfikir untuk bersedekah ketika ajal sudah menjelang. Sehingga digambarkan oleh beliau bahwa orang itu kemudian baru menyuruh seorang pencatat menginventarisasi siapa-siapa saja fihak yang berhak menerima harta miliknya yang hendak disedekahkan alias diwasiatkan. Ini bukanlah bentuk bersedekah yang afdhol. Sebab pada hakikatnya, seorang yang bersedekah ketika ajal sudah menjelang, berarti ia melakukannya dalam keadaan sudah dipaksa oleh keadaan dirinya yang sudah tidak punya pilihan lain.
Pembaca yang budiman, terlepas dari afdhol dan
tidaknya harta yang kita sedekahkan, yang paling utama adalah niat kita dalam
menyedekahkan. Jika kita merasa hidup kok flat,
begini - gini saja, nah itu waktu yang tepat untuk bersedekah. Jika kita
dilanda musibah, merasa susah, itu waktu yang tepat untuk bersedekah. Intinya
adalah sebenarnya sedekah tidak mengenal waktu dan keadaan.
Pembaca yang budiman, selagi kita masih diberi
kesempatan hidup, yuk luangkan kesempatan untuk bersedekah. Tak perlu menunggu
kaya untuk bersedekah. Tak perlu menunggu ajal menjelang untuk menolong sesama.
Semakin sering bersedekah semakin banyak hikmah dan barokah yang kita peroleh.
Inshaa Allah. Semoga kita semua senantiasa dalam perlindungan dan pertolongan
Allah dunia akhirat. Aamiin.
Sumber:
0 comments:
Post a Comment