Ya, akhirnya selesai. Aku benar – benar bersyukur kepada
Allah atas nikmat dan semuaNya yang terindah. Satu acara yang kuusung dan
kuperjuangkan bersama kawan – kawan terhebatku berakhir sudah. Baiklah,
sebenarnya bukan kali pertama aku menjadi penanggung jawab suatu event. Namun dari sekian banyak event itu, entah kenapa... Event ini yang paling berkesan. Sampai
akhirnya mampu menggerakkan tanganku untuk menulis sekelumit kisah perjalanan
kerja keras itu.
Aku memberi nama acara ini “PD UGM GOES TO UNS”. Sesuai dengan namanya, acara ini merupakan
acara kunjungan PD (Perisai Diri) UGM ke UNS, tepatnya ke UKM PD UNS. Sebagai
pengurus baru, aku ingin memiliki program kerja yang berbeda dari kepengurusan
sebelumnya. Dan acara ini merupakan program kerja pertama kami, Divisi Humas PD
UGM yang sekaligus juga menjadi kerja bersama seluruh pengurus PD UGM. Alasan mengapa aku mengusung proker ini
karena kupikir kita perlu suatu refleksi dimana kita bisa mengukur prestasi
kerja kepengurusan PD UGM, membandingkan cara berlatih dengan unit lain serta
menjalin komunikasi aktif kooperatif dengan unit lain tingkat perti yang
dikemas dalam suatu acara layaknya jalan - jalan menyenangkan sambil belajar.
Perjalanan mempersiapkan acara ini sungguh tak semulus
pahanya Cherry belle. Banyak lika – liku
dalam usaha menyukseskannya. Dulu, sewaktu aku mengusung acara ini, hal
yang kubayangkan sangat simpel. Kita cukup berkendaraan ke UNS, sampai sana
mungkin hanya sarasehan, latihan dan dilanjut jalan – jalan keliling Solo.
Tapi, ternyata meleset.
Well, aku masih sangat ingat rencana saat
aku dan mereka menyusun rencana dalam rapat pertama kami. Transportasi yang
digunakan adalah motor dengan bensin menggunakan dana pribadi. Berangkat dari
UGM pukul 7.00 dan kemungkinan sampai Solo pukul 10.00. Kami juga menyelipkan
agenda ‘main’ dalam rencana itu. Semula kami berencana, sebelum ke UNS kami
singgah terlebih dahulu di alun – alun utara untuk sekedar rehat, makan siang
hidangan khas Solo, dan shalat di Masjid Agung. Setelahnya barulah kami ke UNS
dan melanjutkan agenda seperti sarasehan, latihan bersama, dan gala dinner.
Tapi rencana itu berubah. Ya, pepatah ‘manusia berencana, Tuhan yang menentukan’ memang ada benarnya juga.
Seiring waktu banyak pertimbangan jika rencana itu tetap dilaksanakan. Musim
hujan yang berkepanjangan, memupuskan harapan untuk pergi ke UNS dengan
mengendarai motor. Itu sangat beresiko.
Rencana kemudian beralih untuk menggunakan transportasi bus. Dari
situ aku mulai digentarkan. Tentu kita harus punya dana untuk menyewa bus. Ya.
Mengajukan proposal, solusinya.
Proposal kemudian diurus oleh aku dan Amel (Sekretaris I PD
UGM). Amel yang mengurusi secara online dan aku yang mengurusnya ke rektorat.
Tapi pun telah diajukan ke rektorat sejak H—3 minggu, dana proposal belum juga
turun. Sehingga akhirnya kami harus mencari cara sambil menunggu dana itu
turun.
Beberapa kepentingan yang harus menggunakan dana yaitu sewa
bus, membeli oleh – oleh, plakat, dan konsumsi. Karena dana belum kunjung
turun, kami memutuskan untuk meminjam uang kas PD dan menarik iuran kepada
peserta sebesar Rp30.000,00. Awalnya
acara ini tanpa pungutan biaya, tapi dikarenakan hal – hal di atas kami harus
mengambil keputusan demikian. Hehehe, maaf yaa...
Hari – hari persiapan menjelang acara, kami digentarkan oleh selentingan beberapa pihak yang kurang
setuju dengan cara kami menyelenggarakan. Baik dari MENGAPA KAMI HARUS MENYEWA BUS,
MENGAPA HARUS KE UNS TANGGAL 14 FEBRUARI TEPATYA HARI JUMAT DIMANA ITU ADALAH
HARI KERJA, MENGAPA HARUS DITARIK IURAN dan bla bla bla. Dan saat
selentingan itu semakin menyeruak, aku hanya berkata dalam hati; Aku bukan tipe orang yang tidak teguh
pendiriannya, terlebih aku punya banyak teman – teman hebat yang sangat
mendukung acara ini. Jadi
bersiaplah, selentingan itu akan hanya tinggal angin lalu bagiku, bagi kami.
Ingat. Acara ini diselenggarakan dengan pertimbangan banyak hal dan telah
dipikir matang – matang.
Semakin hari, kami semakin kuat. Kesulitan apapun yang kami
hadapai dalam mempersiapkan acara ini, dapat kami selesaikan dengan baik. Tentu
saja, itu karena kerja sama kami yang sangat solid. Seperti pepatah ‘sebatang
lidi tak akan mampu menyapu bersih onggokan kotoran, tapi serumpun lidi akan
mampu membersihkan kotoran itu dengan bersih’. Dan itu adalah kami.
13
Februari 2014—
Fiksasi persiapan acara. Di hari itu kami memastikan semuanya
telah siap. Mulai dari bus yang telah dibayar lunas, oleh – oleh dan plakat
untuk PD UNS, iuran peserta, konsumsi, dan rundown
acara.
Syukur alhamdulillah, semuanya telah siap. Hati ini tak sabar
untuk segera menuntaskan acara itu secepatnya.
14
Februari 2014—
Sungguh di luar dugaan.
Musibah terjadi lagi di negeri ini. Gunung Kelud meletus. Abu memekati hampir
semua wilayah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan juga Jogjakarta. Aku terbangun pukul 4 pagi. Saat
itu, aku benar – benar tak tahu jika Gunung Kelud meletus.
Pukul 5.00, aku mendapat kabar dari Fifi (teman dekat yang
juga menjadi pengurus PD UGM) bahwa telah terjadi hujan abu. Aku tercengang.
Hujan abu? Saat itu yang kupikirkan mungkin itu erupsi dari Gunung Merapi
karena tahun ini gunung berapi teraktif di Indonesia itu diperkirakan akan
kembali meletus.
Aku membuka jendela
kamar. Benar. Abu telah menutup jalanan, pepohonan, dan atap – atap rumah
warga. Aku menghela nafas. Mengapa harus hari ini? Mengapa harus hari di saat
acara kami akan berlangsung?
Aku menatap getir abu yang turun perlahan. Membayangkan jika
acara ini tetap berlangsung maka tentu akan beresiko, mengingat acara ini
adalah acara di luar kota. Tetapi jika tidak berlangsung maka banyak kerugian
yang akan kami dapat. Tak hanya finansial, tetapi juga waktu dan tenaga.
Aku teringat sesuatu. Solo. Apakah juga terdampak abu ini?
Dengan cepat aku mengetik pesan singkat kepada Yoga, ketua UKM PD UNS. Dengan
cepat pula dia membalas bahwa di Solo juga tengah terjadi hujan abu. Lagi –
lagi aku menghela nafas. Berat.
Setelahnya aku tak memberi kabar siapapun soal apakah acara
ini tetap berlangsung atau tidak. Aku menenangkan pikiranku sendiri. Mencari
sebuah ilham.
Satu jam berlalu. Langit masih terlampau gelap. Abu telah
memekati jagad raya. Tapi pun itu tak mematahkan semangatku untuk tetap
menjalankan acara ini sebagaimana mestinya. Dengan keputusan yang kubulatkan
sebulat – bulatnya, aku mengirim pesan kepada semua peserta dan panitia bahwa ACARA TETAP AKAN BERLANGSUNG SEBAGAIMANA
MESTINYA. Aku punya keyakinan bahwa acara ini akan tetap berlangsung dengan
sangat baik meskipun kondisi yang demikian parah. Aku menginformasikan kepada
mereka juga bahwa kumpul di sekre PD UGM
yang awalnya pada pukul 7.00, diundur pada pukul 8.00. Tak ada respon dari
peserta. Entah, pun mereka berubah pikiran dan peserta yang ikut hanya akan
beberapa gelintir orang, tak apa. Acara ini akan tetap berlangsung.
Pukul 8.00 aku tiba di sekre. Belum ada seorangpun yang datang
kecuali aku dan Mas Rio. Aku sempat tertohok dengan kenyataan itu. Tapi,
entah... keyakinan ini tak kunjung memudar.
Satu persatu, peserta datang... Dalam hati aku sangat bersyukur.
Aku tersenyum haru saat mereka datang dengan mantol yang penuh abu. Subhanallah...
Dari 26 peserta yang mendaftarkan diri, 6 orang yang
memutuskan untuk tak jadi berangkat. Tak apa. Aku sangat bersyukur dengan
mereka yang telah hadir pagi itu.
Beberapa saat kemudian, aku mendapat telepon dari Widi
(peserta yang juga ketua UKM PD Akprind) bahwa dia telah menghubungi PO bus
yang kami sewa untuk menunda jadwal
keberangkatan yang awalnya Jumat menjadi Sabtu pagi. Aku sempat kecewa
mendengar pernyataan itu. Dia memutuskan
suatu hal tanpa persetujuan kami!
Aku berusaha tenang. Aku menjelaskan padanya bahwa semua
peserta telah siap berangkat dan telah berkumpul di UKM. Peserta sendiri yang
setuju bahwa akan lebih baik jika acara tetap dilaksanakan hari Jumat karena
beberapa pertimbangan. Untuk masalahku
dengan Widi ini, aku sengaja tak mengatakannya pada panitia yang lain.
Cukup lama aku berbincang dengannya lewat telepon, Widipun menyetujui
permintaanku untuk membatalkan keputusannya pada PO bus. Aku meminta pada Widi
agar bus sampai di gelanggang pukul 9.30. Aku tak ingin peserta menunggu
terlalu lama.
Pukul 9.45 bus sampai di bunderan UGM. Bus tak mau masuk ke
dalam gelanggang karena kondisi jalan yang dipenuhi abu tebal. Kami harus
berjalan menuju ke bunderan. Sungguh, semua serba abu – abu! Momen itu
dimanfaatkan oleh kami untuk berfoto bersama. Dan raut – raut keceriaan mereka
sungguh meluluhkan hatiku.
Perjalanan dimulai. Ini adalah saat – saat mendebarkan. Siapa sangka? Melakukan perjalanan jauh di saat
bencana melanda? Dan ini jelas beresiko.
Sepanjang perjalanan aku berdoa tiada henti, untuk diberi
keselamatan sampai akhir acara, sampai pulang ke rumah masing – masing. Dan
mungkin doa itu juga dipanjatkan oleh semua peserta. Sepanjang perjalanan aku
mendapat kabar bahwa di Solo tengah terjadi hujan, angin, dan banyak
kecelakaan. Lagi – lagi kabar itu kusimpan sendiri. Sepanjang perjalanan pula,
mama menghubungiku berkali – kali. Beliau sangat khawatir. Tapi aku
meyakinkannya, insya Allah aman... Insya Allah semua akan berjalan lancar.
Pukul 11.40 kami sampai di UNS. Teman – teman PD UNS
menyambut kedatangan kami dengan sangat baik. Rundown acara pun mulai terlaksana satu persatu. Makan siang,
sarasehan, latihan bersama dan kemudian ditutup dengan makan malam dan
sarasehan dari pelatih PD UNS. Saat latihan bersama, aku hampir KO. Penyakit
kambuhanku kumat lagi. Aku sungguh tak tahan dengan cuaca dingin dan debu
berlebih. Dan ruangan tempat kami berlatih saat itu debunya masya Allah...
Baiklah kembali ke fokus utama. Setelah acara sarasehan
dengan pelatih PD UNS berakhir, acara ditutup dengan saling berjabat tangan
antar anggota PD UGM dan UNS sebagai tanda acara berakhir dan sekaligus juga
jadi simbolis bagi kami berpamitan
pulang. Pukul 21.00 kami meninggalkan UNS.Aku meminta kepada sopir bus untuk
membawa kami berkeliling kota Solo sebelum kami pulang. Selama hampir 1 jam
kami berkeliling Solo dan kemudian perjalanan dilanjutkan pulang ke Jogjakarta.
Selama di perjalanan aku
mengamati dalam gelap wajah –
wajah letih yang tengah terlelap. Aku memang
mengantuk saat itu, tapi entah... Aku enggan terpejam. Acara ini belum selesai
jika kami belum tiba di UGM.
Pukul 23.10 kami tiba di UGM. Aku menghela nafas panjang.
Puji syukur alhamdulillah... Acara yang
sempat dihantui BATAL karena meletusnya Gunung Kelud telah terlaksana dengan
sangat baik. Subhanallah. Sungguh nikmat yang luar biasa!
Secara pribadi aku sangat berterimakasih pada semua pihak yang telah membantu, mendukung, dan memperjuangkan acara ini hingga akhir acara.
Eri
Nofian, terimakasih atas bantuan dan dukunganmu. Kamu ketua UKM yang super
bertanggung jawab!
Fifi
Fauruzi, makasih banyak atas uang kasnya! Hahaha. Makasih banyak atas
pengelolaan dana yang sangat baik! Makasih udah ngerawat aku setiap kali aku
kumat! Ayuk kita bernyanyi di kursi bambu lagi :p
Amelia
Rosyida, makasih banyak atas proposalnya! Makasih banyak udah bantu ngasih
solusi. Makasih udah mau ngabsen setiap acara dimulai!
Amalia
Hani, makasih banyak konsumsinya! Kamu memang pejuang perut yang super bisa
diandalkan! Ayuk makan lagi?
Mar’ie,
makasih banyak udah magabut! Pulang kampuang di saat urusan belum selesaii.
Ngabur di saat rapat final. Pengen tak banting kamu, Mar! -_-
Masdar,
sama juga sama kayak Mar’ie. Tapi kamu lebih parah, nggak dateng waktu hari H!
Kalo kayak gini enaknya diapain? ---_____---
Antonius
Widi, makasih banyak udah menggantikan Mar’ie Masdar untuk nyari transport
tanpa diminta. Meskipun kamu bukan anak UGM tapi kamu kereen! Makasih ya
busnya!
Mas
Angga, makasih banyak udah bantu nyari oleh – oleh dan nemenin kami di UNS.
Makasih banyak, Mas!
Mas
Rio, makasih banyak atas semuanya. Dukungan, perhatian, nasihat, dan semuanya.
Makasih udah mau ikut juga, aku tahu sebenarnya ada pekerjaan lain yang
harusnya kamu lakukan *hiks. Makasih udah ngambil gambar juga, Mas! Haha.
Dan
tak lupa makasih banyak juga untuk semua peserta: Mas Syamsul, mbak Mira, mbak
Fifi, Lucky, Mas’ud, Mas Udin, Mas Permadi, Margi, Rima, Hasna Acen dan Iwan.
Tanpa kalian, acara nggak berjalan lancar dan seru.
Sekali lagi, tulisan
ini kubuat karena ini adalah sejarah hidup yang ingin kubagi dengan kalian.
Sekali lagi, aku bukan pertama kali ini menjadi penanggung jawab sebuah acara
tapi acara satu ini paling mengesankan dari ke semua acara itu. Sekali lagi,
aku menulis tanpa paksaan melainkan dorongan untuk mengekalkan perjalanan itu.
Karena dengan menulis, apa yang telah terjadi akan lebih kekal dan abadi.
Dan Allah telah memberi jalan yang sangat indah. Soal
selentingan itu? Apakah akan masih akan tetap bergemuruh? Sibuk berkicau dengan
usaha kami? Sekali kali kami tak akan
pernah mundur dari apa yang telah kami usahakan. Sangat berharap, program
kerja kami berikutnya semakin lancar dan sukses. Aamiin :)
“Dimana ada kemauan
disitu ada jalan, disitu ada pemenang.”
Best
Regards ,
Dian YuanitaWulandari
Selamat untuk tmaan2 yang udah berkunjung ke UNS,
ReplyDeletetapi saya mohon maaf g' bisa membersamai tmn2 karena ada sesuatu hal yg lbh saya prioritaskan waktu iitu,
terima kash juga atas koreksi yg diberikan, saya sadari saya memang lebih parah :)
maaf sekali lagi buat tmn2 semuanya,,
hihihihi..
Deletemasdar is detected :p
wow keren.. gimana suasana di jalan? soalnya waktu hari pertama yg saya rasakan jarak pandang di jalan pendek banget
ReplyDeleteyaaa..
Deletesangat amazing mas.
jalanan serba abu abu.
kita nggak berenti berdoa waktu itu..
tapi bener2 subhanallah kok mas.
diberi keselamatan selama rangkaian acara :')
siplah,, ttp semangat
Delete