Malam itu angin sepoi – sepoi membelai lembut kulit
seorang laki – laki yang tengah duduk menerawang langit malam. Ya dia adalah Pangeran
Malam. Seorang pangeran yang selalu berkelana mencari cinta sejatinya di saat
malam tiba.
Saat ini Pangeran Malam tengah duduk menyendiri di atas
bukit. Ia tak merasa kedinginan meskipun angin malam begitu menusuk ke dalam
pori – porinya. Baginya malam telah menjadi bagian dari hidupnya. Malam telah
menjadi saksi bisu akan pencarian cinta sejatinya selama ini.
Pangeran Malam begitu terpesona dengan keindahan langit
malam ini. Langit terlihat begitu cerah meski tak secerah hatinya yang selalu
sepi. Pangeran Malam tersenyum menatap gemerlapan bintang yang berserakan di langit.
Mereka seolah – olah mengisyaratkan kepada Pangeran Malam bahwa dirinya tak
sendiri.
“Aku yakin, engkau akan datang padaku di saat bunga
sakura mulai tumbuh dalam hatimu.” batin Pangeran Malam.
* * *
Angin malam berhembus dengan sangat kencang hingga
memporak – porandakan pepohonan yang tumbuh disekitar tempat itu. Angin yang
bergulung secara vertikal itu semakin lama semakin mendekati kaki bumi.
Perlahan angin mulai surut dan menampakkan suatu
keanehan, seorang gadis tiba – tiba muncul di balik datangnya angin tadi. Gadis
itu mengenakan pakaian serba putih tanpa alas kaki. Gadis itu mulai berjalan
tanpa mengerti kemanakan ia harus berjalan.
Tak lama gadis itu mulai lelah, dan memutuskan untuk
beristirahat di sebuah bukit yang luas. Ia merebahkan tubuhnya di antara
hamparan rumput hijau sambil menatap langit malam yang kelam. Tak ada satupun
benda – benda langit yang menampakkan dirinya pada malam ini. Semua seperti
hilang di telan kegelapan malam.
* * *
Pangeran Malam terus menatap langit tanpa rasa jenuh.
Akhir – ankhir ini langit terlihat berbeda dari biasanya. Langit tampak lebih
kelam tanpa adanya seberkas cahaya yang selalu mengisi keheningan malam.
“Adakah kiranya kau tahu akan penantian panjangku selama
ini? Terlalu lama aku lalui semua ini sendiri. Terlalu lama aku tersudut dalam
lorong kesunyian. Dan andai saja kau mengerti akan semua ini.” lirih Pangeran
Malam.
Seorang gadis tengah berjalan tertatih menghampiri
Pangeran Malam. Ia yakin, saat ini Pangeran Malam tengah menantikan
kehadirannya.
“Andai kau tahu, setiap malam aku selalu menantikan
hadirmu di sini. Tak peduli akan hawa dingin yang selalu menusuk tulang dan
suasana malam yang mencekam kelam. Tak peduli akan …”
“Mungkinkah aku yang kau maksud ?”
Pangeran Malam tersentak mendengar suara itu. Secepat
kilat ia membalikkan tubuhnya untuk mengetahui asal suara itu.
“Kau?”
“Ya. Aku Putri Rembulan.”
“Aku benar – benar tak percaya kau akan datang padaku.” kata
Pangeran Malam dengan suara yang bergetar.
Putri Rembulan tersenyum. Selepas itu keduanya duduk
berdampingan menatap langit malam yang semakin kelam.
“Asal kau tahu, aku selalu mendengar rintihanmu dari
kejauhan sana.” kata Putri Rembulan sambil menunjuk ke arah langit.
“Maaf, aku memang terlalu bermimpi.”
Putri Rembulan tersenyum mendengar ucapan Pangeran
Malam.
“Kau tidak sedang bermimpi. Nyatanya malam ini aku datang
padamu.”
Pangeran Malam terbungkam. Sebenarnya ada banyak deretan
kata yang terangkai dalam otaknya, namun semuanya tertahan, tersekat
dibibirnya.
“Aku mencintaimu Rembulanku. Jauh sebelum kita bertemu,
aku sudah mencintaimu dengan caraku yang sederhana. Aku yakin kau lebih
mengerti dibanding apa yang ada dibenakku saat ini.”
Putri Rembulan mendesah perlahan.
“Tak banyak yang aku mengerti dari benakmu. Hanya saja
aku mengerti bahwa engkaupun juga merasakan hal yang sama dengan yang aku
rasakan saat ini.”
Pangeran Malam terhenyak, ‘Maksudmu?”
“Ya. Aku juga mencintaimu. Aku juga telah lama
menantimu. Tapi …”
“Tapi apa ?”
“Kita tak mungkin menyatu.”
“Maksudmu?!”
Pangeran Malam merapatkan tubuhnya ke tubuh Putri
Rembulan. Diraihnya tangan Putri Rembulan yang begitu dingin. Pangeran Malam
benar – benar tak mengerti akan perkataan Putri Rembulan yang terakhir.
“Rembulan… sejak pertama kali kita bertemu aku telah
merasakan desiran yang teramat hebat dalam hatiku….”
“Ya. Akupun juga merasakannya.” sela Putri Rembulan.
“Dan kau tahu? Sejak saat itulah aku mulai mengerti dan
memaknai cinta. Tapi sejak kau memutuskan untuk kembali ke asalmu aku mulai
putus asa dalam menjalani hidupku. Aku mulai berkelana untuk mencari cinta yang
lain. Namun tak bisa, Rembulan. Karena setelah itu aku baru sadar hanyalah
engkau cinta sejatiku.” ujar Pangeran Malam sambil menggenggam erat tangan
Putri Rembulan.
“Pangeran Malam… Aku juga sudah yakin bahwa hanya
engkaulan satu – satunya cinta sejatiku, tapi seperti yang kukatakan
sebelumnya, kita tak mungkin menyatu. Aku dan kamu jauh berbeda.”
“Ssstt… Engkau tak perlu bicara perbedaan.’
“Tapi inilah kenyataannya kita berasal dari alam dan
dunia yang berbeda. Dan perlu kau tahu, tak lama lagi aku akan kembali.”
Pangeran Malam tersentak mendengar ucapan Putri
Rembulan.
“Kau akan meninggalkanku. Kau akan melakukan hal yang
sama seperti yang dulu kau lakukan saat engkau terhempas di bumi ? Kau akan….
Arghh!” runtuk Pangeran Malam.
“Pangeran Malam, dengarkan aku baik – baik. Aku juga tak
ingin meninggalkanmu. Aku terlalu mencintaimu. Tapi, ini semua sudah menjadi
keputusanku meski aku sendiri berat untuk meninggalkanmu. Aku harus kembali
karena aku harus menerangi malam setiap insan yang ada di bumi. Lihatlah,
langit begitu kelam karena aku tak berada di sana. Kau harus mengerti hal itu
pangeran. Ini semua sudah menjadi kewajibanku. Dan perlu kau tahu, aku takkan
pernah melupakan kebaikkanmu saat engkau menolongku ketika aku dihempaskan oleh
Dewa Langit ke bumi. Berkat kebaikanmu aku mampu menjalani hidupku kembali.”
Sejenak mereka tenggelam bersama keheningan malam. Hati
Pangeran Malam begitu berkecamuk. Ia merasa penantiannya selama ini hanyalah
sia – sia.
“Putri Rembulan, bagaimana bisa aku hidup tanpamu?”
lirih Pangeran Malam.
“Kau pasti bisa, Pangeran. Aku akan selalu setia
menemanimu di saat malam mulai tiba, aku akan selalu setia mewarnai malammu.
Aku akan …”
“Cukup Rembulan. Aku tak sanggup untuk mendengarkannya.”
Rintih Pangeran Malam sambil tak kuasa membendung air matanya.
Sejenak Putri Rembulan merasakan keanehan dalam dirinya.
Tubuhnya seperti terseret oleh magnet yang begitu kuat. Anginpun juga tiba –
tiba datang dengan kencangnya. Pangeran Malam tak mengerti dengan apa yang akan
terjadi setelah ini.
“Apa yang terjadi, Rembulan ?!!!.
“Sudah waktunya pangeran. Aku harus pergi!” seru Putri
Rembulan yang sedang bertahan di tengah angin malam yang begitu kuat
menerjangnya.
“Rembulan, aku mohon jangan tinggalkan aku!” ronta
Pangeran Malam.
“Tak bisa Pangeran. Aku harus pergi. Satu hal yang perlu
kau ingat, aku akan selalu mencintaimu Pangeran.”
Pangeran Malam tak sanggup berkata – kata. Semakin lama angin
semakin kencang dan membawa tubuh Putri Rembulan melayang ke angkasa. Berangsur
– angsur angin mulai reda dan bayangan Putri Rembulan semakin tak berbekas.
Pangeran Malam duduk bersimpuh dihamparan rumput. Ia tak
sanggup merelakan Putri Rembulan untuk pergi dari sisinya.
Tak lama, samar – samar suara terdengar oleh Pangeran
Malam. Ya, suara Putri Rembulan.
“Pangeran Malam, lihatlah ke langit. Aku telah kembali
keperaduanku. Aku telah kembali untuk mewarnai malam. Dan untuk terakhir
kalinya aku katakan padamu, aku sangat mencintaimu, Pangeran.”
0 comments:
Post a Comment