WHAT'S NEW?
Loading...

TARUHAN




Ini adalah cerpenku yang lolos dalam sayembara menulis cerita komedi romantik tingkat nasioal yang diadakan oleh Diva Press. Tujuh belas cerita yang lolos kemudian dibukukan dalam buku antologi dengan judul "DON JUAN KATROK". Buku ini sudah dirilis dan dipasarkan di toko buku di Indonesia yang salah satunya Gramedia. Tapi sayang, banyak DJ'ears (pembaca tulisan karya Diu Jasmine) yang nggak bisa mendapatkan buku ini. Jadi baiklah, saya post saja yaa cerita ini :)

cover "Don Juan Katrok"
“ DEAL!!!”
“ Oke, gue bakal tunggu siapa yang bakal jadi babu selama sebulan!”
“ Yang jelas bukan gue. Karena dipastikan gue yang bakal jadiin lo babu gue! Hahaha!”
“ Oke, silahkan berandai – andai! Kita liat tanggal mainnya! Gue nggak mau buang – buang waktu lagi. Diluar sana para jejaka jomblo udah menunggu gue di arena voli. Gue pergi.”
“ Key...”
“ Kenapa? Ada masalah? Atau pengen mundur dari pertaruhan bergengsi ini?”
“ Kampreeet... Noh, resleting celana lo turun!”
Key gelagapan. Mukanya mendadak merah asem.
“ Dasar otak ngereess. Beginian aja lo perhatian bangeet! Giliran gue sedih lo girang setengah mati.”
“ Hahaha. Ya jelas dong. Udah, pergi sono dari kos gue sebelum ibu kos tau ada wanita jadi – jadian masuk ke kamar anak kosnya.”
“ Iya banciiii! Gue pergi!”
***
Hening.
Kamar kos Ken mendadak sunyi. Di sudut kamar terpampang rapi beberapa bingkai foto Key dan dirinya dengan pose – pose yang aneh dan nyleneh. Dan saat ini Ken tengah memandangi ke semua foto itu dengan penuh penghayatan tingkat tinggi.
Keyong Amisah -biasa dipanggil Key- adalah satu – satunya orang yang menerima Ken apa adanya untuk dijadikan teman. Meskipun Ken adalah lelaki yang memiliki good looking tapi jiwanya terlalu didominasi oleh gen mamanya sehingga memberi citra buruk untuk dirinya. Dunia sudah terbalik – balik. Begitu juga antara Key dan Ken.
Ken yang memiliki jiwa keperempuanan tingkat tinggi sangat berbeda dengan Key yang garang dan mirip preman. Kecintaannya terhadap dunia perkelahian membuat beberapa orang segan untuk mendekati apalagi menjadikan teman dekat. Sehingga karena didasarkan atas persamaan nasib dan bias gender, kedua insan itu memutuskan untuk bersahabat tanpa keraguan dan tanpa memandang sisi negatif masing – masing. Sungguh, sebuah kisah persahabatan yang patut diteladani.
Ken masih memandangi satu persatu foto – foto itu. Agaknya ada yang berbeda dalam hati Ken.
“ Nggak. Nggak boleh dibiarkan berlarut – larut. Ini jalan yang sejak dulu aku cita – citakan. Ini jalan yang harus kuperjuangkan. Menjadi lelaki sejati!” kata Ken mantap.
***
 “ Bang, gue pengen kayak lo... Gimana caranya?”
“ Kayak gue gimana?”
“ Ya kayak lo... Macho, keren, cakep, gagah, punya cewek cantik... Gimana caranya? Gue pengen...”
“ HAH? SERIUS? LO PENGEN KAYAK GUE?”
“ Idiih, bang... Iyaaa! Gimana caranya? Gue pengen berubah, bang.”
“ HAH? SERIUS? LO PENGEN JADI PEJANTAN TANGGUH? LO PENGEN INSYAF?”
“ Iya, bang. Istilah kotornya kayak gitulah... Cepet bang, katain ke gue. Apa yang musti gue lakuin biar kayak lo?”
“ HAH? SE-RI-US? Ya Tuhan... Mamaaaaa... Dido punya berita bagus buat mamaaa! Tut! Tut! Tut!”
--sambungan telepon terputus--   
“Kenapa dimatiin??!! Aarrgghh... Pupuslah harapanku!”
Ken menenggelamkan tubuhnya ke spring bed bunga – bunganya. Ken menggerutu kesal. Dido, satu – satu kakak laki – lakinya yang diharapkan menjadi malaikat penolongnya ternyata justru memupuskan segala pengharapannya. Ken menatap kalendernya. Masih tersisa waktu 10 hari.
***
“ Kupreeeet! Cantik banget lo... Kok bisa gitu?”
“ Ini semua nggak lepas dari usaha gue. Oh iya, gimana progress lo?”
“ Usaha? Cuma dalam waktu 2 hari lo bisa berubah drastis kayak gini? Sumpah, Key! What a beautiful you are! Kalo gue, masih gini gini aja sih, Key. Gue belum dapet pencerahan. Susah banget jadi cowok beneran. Sekali gue konsultasi ke orang yang menurut gue bisa ngasih solusi ke gue, mereka justru ngledekkin dan bikin gue down. Kenapa hidup gue kayak gini banget sih, Key?” ujar Ken seraya mengibas – ngibaskan rambut lurusnya mirip kek bintang iklan shampo bubuk.
Key terdiam. Ditatapnya secara seksama Ken yang saat ini duduk sebangku dengan dirinya. Sebenarnya Ken punya kekuatan fisik yang menarik dan kharismatik. Tapi Ken tak pernah menyadari anugerah itu.
“ Gue tau jawabannya, Ken...”
Ken menyelidik dan lantas duduk berhadapan dengan Key. Kali ini posisinya lebih tegap seperti posisi duduk pria pada umumnya.
“ Bagian yang tersulit adalah saat mengawalinya, Ken. Lo cuma perlu menata hati dan menguatkan tekad untuk mengawali sebuah proses. Gue juga ngrasain hal yang sama, Ken. Sebenernya gue juga sulit mengawalinya. Tapi setelah sekian lama gue sadar, gue harus berubah. Ini demi kebaikan gue kedepannya...”
Ken menatap dalam – dalam mata Key. Ada binar lain yang ia tangkap dari sorot mata itu. Entah binar yang lain atau hatinya yang merafikan berbeda dari binar itu. Tak ada satu katapun yang berhasil terserap di otaknya. Ken justru terlalu asyik menikmati keindahan Key yang lebih indah dari biasanya.
“ Heh, monyet! Lo dengerin saran gue nggak sih?”
“ Ah? Eh? Uh? Siap, Key. Gue bakal ngelakuin sesuai saran lo.”
“ Oke. Bagus. Gue latihan dulu, Ken. Kita liat siapa yang bakal menangin pertaruhan ini!” bisik Key dengan senyum terlebarnya.
“ Siapa takut?!”
Key beranjak dari bangku taman. Meninggalkan Ken yang masih mematung, memikirkan sesuatu.
“ Tadi si Key ngomong apa ya? Saran?”
***
Key masih sibuk membereskan ruang ekskul volinya ketika semua orang pulang dai latihan. Key memang menjadi leader tim voli di kampusnya. Dan beberapa bulan lagi timnya akan mengikuti turnamen sehingga Key memiliki tanggungan untuk mengarsip berkas ini itu.
“ Kamu belum pulang, Key?”
Suara itu tiba – tiba meracau hatinya. Key sangat mengenali suara serak – serak banjir itu.
“ Pongki?”
Lelaki bertubuh jangkung itu tersenyum pada Key.
“ Udah malem, Key. Kamu musti pulang...”
Tak seperti biasanya. Key yang ke-malu-annya telah lama hilang mendadak jadi jinak- jinak merpati dan terkesan malu – maluin dunia persilatan.
“ Bukannya hari ini basket nggak latian ya?”tanya Key asal.
“ Emang nggak. So what?”
“ Emm, kok lo disini?” tanya Key tambah ngasal dan ngawur.
Pongki berjalan mendekat dan mengambil posisi duduk tepat disamping Key.
“ Gue lagi suntuk dirumah dan biasanya kalo gue suntuk, gue ke basecamp basket. Tadinya gue mau pulang tapi waktu gue lewat sini, gue liat lo. Ya  udah apa salahnya kan kalo gue mampir. Hehehe...”
Key tersenyum. Jiwa premannya tiba – tiba melebur bersama hembusan angin malam yang masuk lewat celah – celah jendela. Bunga – bunga sakura yang tadinya gagal menguncup kini mulai menguncup dan bermekaran, semerbak menghiasi hatinya.
“ Ternyata lo udah mulai berubah ya, Key? Lo udah mulai sadar kalo lo cewek. Hahaha... Gue jadi inget waktu kita SMP. Berapa korban yang udah lo pukulin? Dan gue salah satu korban dari aksi kenakalan lo.” kenang Pongki sambil memandang penuh takjub perubahan dalam diri Key.
Sekali lagi, Key tersenyum. Bukan senyuman sinis yang biasa Key tampakkan tatkala berhasil membuat korban kebrutalannya tunggang langgang. Tapi senyuman yang tulus yang hanya bisa Key tampakkan tatkala hatinya merasa damai. Seperti saat ini, saat duduk berdua dengan Pongki dan Key merasaakan kedamaian merasuki hatinya.
“ Lo termotivasi apa Key kok sampe kayak gini?”
Key tertohok. Terbungkam sesaat.
“ Gue? Hahaha? Gue termotivasi sama apa? Hahahaha… Bisa aja lo, Pong.” Jawab Key garing.
“ Yaelaah… Gue pikir  lo bakal jawab apa, Key. Taunya cuma haha-hihi doang.”
“ Yaah… Jangan marah dong, Pong. Eh mending lo bantuin gue ngurusin berkas – berkas anak – anak deh. Pusing nih gue.”
Pongki tersenyum. Dalam batinnya Pongki masih takjub dengan penampilan anggun Key saat ini.
“ FINISH! Haduuh… makasih banget ya udah bantuin gue. Lo emang sahabat gue banget deh!”
“ Jadi, apa yang memotivasi lo berubah kayak gini?”
“ Kampreeet. Itu lagi?!!!!”
***
Hati Ken mendadak remuk redam mengintip mereka dari celah – celah jendela. Entah mengapa melihat Key berkelakar bersama orang lain membuat hatinya  remuk redam. Sakit. Perih.
“ Sia – sia gue dandan macho… Sia – sia gue pake kemeja kotak – kotak. Sia – sia gue potong rambut. Lo tau kan? Gue lebih seneng pake kemeja motif bunga. Gue lebih seneng dengan model rambut gue yang panjang dan lurus. Tapi apa yang lo lakuin di situ, Key? Sakit Key! Sakiiit!!!” batin Ken sambil menahan isak tangis.
“ Kendo?”
Ken tergidik.
“ Kamu ngapain disini?”
“ Apa lo! Apaaa? Seneng liat gue kayak gini! Seneng? Sakit gue! Sakiiiit!” damprat Ken dan kemudian berlari keluar meninggalkannya.
“ ????”
“ Siapa, Den? Kok heboh?” tanya Pongki yang bergegas keluar ruangan ketika mendengar keributan kecil diluar.
“ Tau, Pong. Orang gila baru mungkin. Gue nggak salah apa – apa, eh dia nyolot nyolot ke gue.”
Key hanya terdiam mendengar obrolan dua lelaki itu. Benaknya menerka – nerka sesuatu. Suara tadi benar – benar tak asing ditelinganya.
“ Mana mungkin?” gusar Key.
***
Waktu pertaruhan tinggal tersisa 2 hari dan Ken masih belum mencium tanda – tanda kemenangan pada dirinya. Setiap wanita yang dia dekati selalu berakhir dengan cibiran. Para wanita itu masih belum bisa percaya pada perubahan Ken yang sangat instan itu.
Yang paling menyedihkan adalah beberapa hari ini Ken kehilangan kontak dengan rivalnya, Key. Ken sadar bahwa Key memang sudah berubah. Tapi yang sangat disayangkan adalah perubahan dalam diri Key yang juga serta merta mengubah sikapnya terhadap Ken yang terkesan menjauh.
 “ Key, andai lo tau... Lo pasti bakal seneng banget liat penampilan gue sekarang. Gue sekarang macho, Key. Banyak orang yang bilang gue mirip Miwon Super Junior. Gue sih terima – terima aja walau sebenernya gue ogah disamain sama dia. Dia kan nggak semacho gue. Ya ‘kan, Key? Hahahaha.”
Sejenak Ken terdiam. Saat itu juga Ken tersadar bahwa Ken hanya mengajak ngobrol seonggok foto. Tak lebih dari itu.
***
From : Keyooong
Temui gue jam 7 pm di pinggir Kali Code.
Ken tertohok membaca pesan singkat yang memang sangat singkat bin bikin ilfill itu. Hari ini adalah hari penentuan masa depan Ken. Ken memang telah menyiapkan segenap jiwa dan raganya untuk menyambut hari kekalahannya.
“ Gue rela jadi babu asal kita bisa sahabatan se-koplak dulu kok, Key.”
***
Key berjalan sedikit ragu mendekati Ken yang duduk terdiam menatap riak – riak kecil Kali Code. Key menguatkan hati untuk menepuk bahu Ken. Perlahan dan Ken yang merasa bahunya tertepuk-pun segera menoleh. Pandangan mereka saling bertumbukan. Ada desiran halus yang merambat di hati keduanya. Desiran itu lamban laun menguat dan kian mengguncang.
“ Hai...” sapa Ken kikuk.
“ Hai juga... Hehe...” sapa Key lebih kikuk dari Ken.
“ Ah, kupreeet. Kemana aja sih lo?” tanya Ken berusaha mencairkan suasana meski bibirnya enggan berkata demikian.
“ Gue? Gue nggak kemana – mana kok. Masih stay di kos, kampus dan basecamp voli.”
Key mengambil posisi duduk disamping Ken. Entah kenapa, pertemuan ini adalah pertemuan paling berbeda dari biasanya. Key dan Ken bertemu pada suatu malam dalam keadaan dimana keduanya sudah kembali pada kodrat yang semestinya.
“ Ken...”
“ Key...”
“ Kamu duluan.” kata mereka bersamaan.
“ Ehm...  Well... Gue dulu mungkin ya?”
Key mengangguk pelan.
“ Jujur, taruhan ini bener – bener ajaib buat gue. Dari taruhan  ini gue belajar banyak hal. Gue belajar gimana caranya jadi lelaki yang sejati. Gue belajar mencintai meski pada akhirnya gue nggak dicintai. Yah setidaknya gue belajar mencintai diri gue sendiri. Dan satu hal lagi, gue belajar atas kehilangan.
Kehilangan sesosok Key yang saben harinya mewarnai hari – hari gue. Tapi pada akhirnya gue sadar, nggak selamanya lo nemenin gue. But, do you know that only you who can make my days more beautiful?
Key tercenung. Baris kalimat Ken yang terakhir sekejap saja meluluhlantakkan hatinya.
“ Key...” lirih Ken seraya menggenggam erat tangan Key yang dingin.
“ Gue kalah dalam pertaruhan ini. Gue rela jadi babu lo selama sebulan asal kita bisa sahabatan se-koplak dulu...”
“ Ken?”
“ Gue ikhas kok, Key. Lo menang. Mulai besok lo bisa nyuruh gue ini itu.”
“ Ken?”
“ Sssst... Lo nggak perlu khawatir. Gue nggak pa-pa kok.”
“ Ken???”
“ Key, udahlah. Ini kesepakatan kita sejak awal. Let’s having fun!”
“ Woyyy kampreeeeet!!! Gue mau ngomong niiiih.” damprat Key.
“ Upss.. Sorry.”
Key menghela nafas panjang. Mencoba menata hati dan menguatkan tekad.
“ Kenapa lo bisa bilang gitu? Gue juga belum dapet kekasih kok. Emang sih banyak yang deketin gue. Tapi diantara mereka nggak ada yang bisa gue tergila – gila.
Gue juga minta maaf kalo gue jarang nongol  depan lo. Gue sibuk banget nyiapin turnamen voli. Sebenernya gue juga kangen berat sama lo. Gue bahkan selalu bertanya – tanya apakah lo berhasil mencapai misi lo menjadi lelaki sejati atau nggak. Dan sekarang gue bisa lihat hasilnya... Lo berhasil, Ken.”
Ken tersipu malu. Riak – riak Kali Code bagai serentak meneriakinya gembira. Hatinya melambung ke langit ketujuh.
“ Jadi? Diantara kita seri dong ya?”
Key menatap dalam – dalam mata Ken yang lebih hangat dari biasanya.
“ Iya dong. Mau gimana lagi? Hmm, mungkin kita udah ditakdirin jadi jomblo karatan kali ya? Hahahaha.”
“ Tapi gue tetep pengen jadi pelayan lo kok, Key. Asalkan lo sama – sama gue setiap hari...”
Deg! Hati Key tercekat.
“ Gue sayang sama lo, Key. Sayang banget...”

***

0 comments:

Post a Comment