WHAT'S NEW?
Loading...

The Unspoken #1: Mak, Dian Kena Batu Ginjal



Ramadhan kali ini benar - benar penuh berkah dan hidayah. Alhamdulillah, di bulan sangat disucikan Allah ini saya sakit.

Wehehehe. Sakit kok Alhamdulillah..

Iyalah, ini sakit bukan sembarang sakit. Ini sakit ada cerita yang sangat fenomenal di dalamnya. Naaah, mau tau ceritanya gimana? Sudah siaaap? Sudaah? Okay, let’s read together ;)

Berawal di bulan Juni 2014, saya mendadak mengalami mual yang luar biasa. Nggak cuma mual, geng! Tapi juga rasa nyeri di ulu hati dan perut bagian bawah sebelah kanan. Tepatnya di sekitar bawah pusar. Rasa nyeri itu kemudian menjalar ke pinggang, pangkal paha dan paha.

Saya sih waktu itu mikir kalau ini gejala PMS (kebetulan saya wanita). Jadi antisipasi yang saya lakukan adalah menambah porsi makan dan tidur. Rasa itu kemudian hilang beberapa hari, tepatnya sampai minggu tenang pra ujian akhir. Syukurlah, minggu tenang saya bisa tidur eh belajar dengan tenang.

Syukur syukur sakitnya sudah hilang, eeh pas hari H ujian akhir, sakit itu melanda lagiiii! Ya Allah, ujian yang berlipat - lipat harus saya terima di akhir bulan itu. Baiklah, hidup yang kujalaniii.. masalah yang kuhadapiiiii… semua yang terjadiii, pasti ada hikmahnyaaa… Dian, fo-kus.

Nah, bayangin geng.. saat itu saya mengalami sakit yang luar biasaah! Dan saya juga harus mengerjakan soal - soal ujian akhir yang nggak kalah luar biassaahnya (apalagi soal ujian *ehem* dasar - dasar ekonomi kehutanan).

Waktu itu saya nekat berpuasa juga. Saya yakin seyakinnya, puasa justru akan memberi kesehatan  untuk tubuh saya. Yuhuu! Dan keyakinan saya berbuah manis saat saya berhasil menuntaskan ujian akhir tanpa efek samping apapun! Tanpa nangis. Tanpa pingsan.. Jadi tanpa harus ikut susulan. Alhamdulilllah… ^_^

Oke singkat cerita…

Tanggal 19 Juli 2014. Pagi itu tepatnya pukul 9, perut saya bergejolak. Muaaaaaaal bangett. Mau muntah kagak bisaa. Masih untung gitu ya kalo ada yang keluar dari perut ini. Setidaknya lebih ringanlah. Saya mencoba uek-uek in, tapi masih aja nggak bisa. Duh, mewek saya jadinya. Yang saya rasakan waktu itu sama persis yang saya rasakan waktu di bulan Juni lampau. Tapi lebih… lebih parah!

Perut bawah bagian kanan saya seperti dihujam bamboo runcing. Sakitnyaaa maak, minta ampun! Huhuhuhu. Kemudian kesakitan tadi merembet lagi, ke pinggang, pinggang belakang, pangkal paha, terus kaki kanan seluruhnya.  Keluarga sih belum ada yang tahu soal ini. Saya memang sengaja memendamnya. Takut keluarga bakal syalala huwo huwoo (read: panik super).

Langkah pertama yang saya ambil saat itu adalah GOOGLING. Yeah. Ini  sudah jadi pedoman bagi semua umat (kan?). Google seakan menjadi dokter andalan ketika gejala sakit menyerang. Ketik gejalanya, enter, dan kemudian Google akan memberikan penjelasan apa sebenarnya yang telah kita hadapi dan alami saat itu *halah. Yan, fokus yan.

Setelah memasukkan keyword semidekian rupa, muncullah beberapa tulisan. Dan yang paling banyak tulisan yang muncul adalah mengenai usus buntu. USUS BUNTU?!

Oh tidak. Tidak mungkin! Semasa kuliah  aku memang mengonsumsi penyetan dan burjo! Tapi apa boleh buat? Aku telah berusaha semampuku untuk makan makanan yang lain. Tapi perut ini menolaknya! Dan sekarang anda berkesimpulan aku mengidap usus buntu. Tidak! Tidak mungkiiiin! *jedeerr*

Begitulah, tetiba saja saya hopeless. Geng, usus buntu itu menyeramkan!

Keesokan harinya, sakit yang saya rasakan semakin menjadi. Saya tidak bisa bangkit dari tidur. Luar biasa sakitnya di perut bawah bagian kanan ini. Saya pun meraung - raung. Keluarga panik bukan kepalang. Dibawanyalah saya ke rumah sakit daerah. Di sana, dokter melakukan cek lab berupa cek darah dan cek urin. Katanya sih untuk cari tahu apakah ada infeksi atau tidak.

Jeng jeng jeng..
Dari hasil cek darah, darah saya bagus dan normal.
Dari hasil cek urin…. Mengatakan bahwa ada tumpukan oksalat dalam ginjal saya.



Bersambung ke The Unspoken #2


Catatan: Sakit bukan alasan untuk tidak menulis, bukan alasan untuk tidak berkarya J

Yuk Undang Saya :D


Assalamu'alaykum wr.wb

Kenalan lagi ya disini? Nama saya Dian Yuanita Wulandari. Asal Boyolali (Jawa Tengah) dan sekarang berdomisili di Yogyakarta. Saya salah satu mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM yang punya cukup banyak hobi di antaranya menulis, bermain teater, dan membaca puisi. Nah, untuk reader yang (mungkin) bingung cari pengisi acara, bisa lho undang saya sebagai pengisi acaranya. hehehe :D

Ragu dengan saya? Perlu bukti? Hehehe. Baiklah, akan saya ceritakan sekelumit saja. Saya sudah pernah mengisi acara di tingkat Fakultas, Universitas, Regional dan Provinsi. Untuk membaca puisi saya pernah mengisi di beberapa seminar tingkat Fakultas, di Rektorat UGM, di sekolah-sekolah, dan random. Untuk teater, saya pernah tampil di beberapa acara tingkat Fakultas, tingkat Universitas, tingkat Regional (Yogyakarta dan Surakarta),dan tingkat Provinsi (Semarang). Kebetulan saya juga dinobatkan menjadi Aktor Terbaik tingkat UGM di tahun 2013, lho.Hehehe..

Oh iya, saya juga bisa nih berpuisi dalam bahasa Jawa (Geguritan) :)
Sewaktu SD sampai SMA saya sering mengikuti lomba Geguritan. Dan alhamdulillah sudah pernah menjuarainya di tingkat Kabupaten. Terlalu mainstream dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris? Pakai saja bahasa Jawa. Sekalian nguri - nguri kabudayan :)

Berikut ini adalah beberapa dokumentasi yang dapat saya tunjukkan kepada reader (sebagian dokumentasi tidak ada di tangan saya, huhu sediih).

Doc DY 1. Teater di Bunderan UGM

Doc DY 2. Teater di Kehutanan UGM

Doc DY 3. Teater di PORSENIGAMA 2013

Doc DY 4. Teater di PEKSIMIDA DIY 2014



Doc DY 5. Mengisi Acara di Yayasan HIMMATU, Yogyakarta

Doc DY 6. MC di Gathering PD UGM
Doc DY 7. MC di HUT PD UGM 2012

Doc DY 8. Teatrikal di 0 Km, Yogyakarta

Doc DY 9. MC untuk Pesilat PD UGM di GCN 2014

Doc DY 10. Ini waktu launching novel saya yang pertama



Dear reader,
Mungkin eksplisit acara yang bisa saya isi sebagai berikut:
- Seminar
- Gathering
- Reuni
- Halal Bihalal
- Ulang tahun
- Dan lain - lain

Reader bisa tentukan sendiri jenis penampilan yang akan saya bawakan. Nah tidak hanya itu, saya juga bisa jadi MC lho. Untuk charge (biaya panggung) seikhlasnya saja :)

Tertarik? Yuk, undang saya lewat telepon atau sms: 085-643-998-338.
Terimakasiih :)

Kriteria Sedekah yang Afdhol



Hai reader!
Ini tulisan pertamaku yang kontennya Islami. Ada dalilnya juga, lhooo :)
Alhamdulillah. Bisa juga ya :) Yang penting banyak banyak baca sih ya. Hehehe.
Ok cmiaw aja ya, reader. Oh iya reader juga dapat menemukan tulisan ini di website yang saya admin-i.
This: www.tamankarunia.org. Happy visitting! ;)

-----------------------------------------------------------

Sedekah, mendengar namanya saja, orang sudah kenal keutamaannya. Sedekah berasal dari As-Shidq yang artinya jujur. Seorang muslim yang bersedekah berarti dia membuktikan kejujurannya dalam beragama. Betapa tidak, harta yang merupakan bagian yang dia cintai dalam hidupnya, harus dia berikan ke pihak lain. Karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut sedekah sebagai 'burhan' (bukti). Dalam hadis dari Abu Malik Al-Asy'ari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

"Shalat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti, sabar itu sinar panas, sementara Al-Quran bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu." (HR. Muslim 223)

Dewasa ini, banyak sekali umat muslim yang telah tersadar akan pentingnya bersedekah. Mereka saling berbondong - bondong menyedekahkan harta untuk menolong sesama. Banyak pula lembaga amal kolektif berdiri untuk menjadi penampung dan penyalur sedekah. Tentu saja fenomena ini wajib kita syukuri. Alhamdulillah…

Nah, pembaca yang dirahmati Allah.. Ternyata tidak semua sedekah itu bisa dikatakan afdhol, lho.  Kira - kira bagaimana ya sedekah yang dikatakan afdhol itu? Simak penjelasan berikut ya..
Dalam situs ermuslim.com menjelaskan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memberikan gambaran kepada ummatnya mengenai sedekah yang paling afdhol.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ حَرِيصٌ
تَأْمُلُ الْغِنَى وَتَخْشَى الْفَقْرَ وَلَا تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ
قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ

Seseorang bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhol?” Beliau menjawab: “Kau bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian, dan untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR Bukhary)

Dari hadist diatas, sekurangnya kita temukan ada empat kriteria sedekah yang tergolong afdhol: (1) Dalam keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan duniawi; (2) dalam keadaan sangat ingin menjadi kaya; (3) dalam keadaan sangat khawatir menjadi miskin dan (4) tidak dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan bersiap-siap membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa ditinggalkannya.

Pertama, orang yang paling afdhol dalam bersedekah ialah orang yang dalam keadaan sehat lagi loba alias tamak alias berambisi sangat mengejar keuntungan duniawi.
Artinya, ia masih muda lagi masa depan hidupnya masih dihiasi aneka ambisi dan perencanaan untuk menjadi seorang yang sukses, mungkin dalam karirnya atau bisinisnya.

Kedua, bersedekah ketika dalam keadaan sedang sangat ingin menjadi kaya. Nabi shollallahu ’alaih wa sallam seolah ingin menggambarkan bahwa orang yang dalam keadaan tidak ingin menjadi kaya berarti bersedekahnya kurang bernilai dibandingkan orang yang dalam keadaan berambisi menjadi kaya. Sebab bila seorang yang sedang berambisi menjadi kaya bersedekah berarti ia bukanlah tipe orang yang hanya ingin menikmati kekayaan untuk dirinya sendiri.Hal ini menunjukkan bahwa jika Allah izinkan dirinya benar-benar menjadi orang kaya, maka dalam kekayaan itu dia bakal selalu sadar ada hak kaum yang kurang bernasib baik yang perlu diperhatikan.

Ketiga, sedekah menjadi afdhol bila si pemberi sedekah berada dalam keadaan khawatir menjadi miskin. Walaupun ia dalam keadaan khawatir menjadi miskin, namun hal ini tidak mempengaruhi dirinya. Ia tetap berkeyakinan bahwa bersedekah dalam keadaan seperti itu merupakan bukti ke-tawakkal-annya kepada Allah. Ia sadar bahwa jika Allah kehendaki, maka mungkin sekali dirinya menjadi kaya atau menjadi miskin. Itu terserah Allah. Yang pasti keadaan apapun yang dialaminya tidak mempengaruhi sedikitpun kebiasaannya bersedekah.

Keempat, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sangat mewanti-wanti agar jangan sampai seseorang baru berfikir untuk bersedekah ketika ajal sudah menjelang. Sehingga digambarkan oleh beliau bahwa orang itu kemudian baru menyuruh seorang pencatat menginventarisasi siapa-siapa saja fihak yang berhak menerima harta miliknya yang hendak disedekahkan alias diwasiatkan. Ini bukanlah bentuk bersedekah yang afdhol. Sebab pada hakikatnya, seorang yang bersedekah ketika ajal sudah menjelang, berarti ia melakukannya dalam keadaan sudah dipaksa oleh keadaan dirinya yang sudah tidak punya pilihan lain.

Pembaca yang budiman, terlepas dari afdhol dan tidaknya harta yang kita sedekahkan, yang paling utama adalah niat kita dalam menyedekahkan. Jika kita merasa hidup kok flat, begini - gini saja, nah itu waktu yang tepat untuk bersedekah. Jika kita dilanda musibah, merasa susah, itu waktu yang tepat untuk bersedekah. Intinya adalah sebenarnya sedekah tidak mengenal waktu dan keadaan.

Pembaca yang budiman, selagi kita masih diberi kesempatan hidup, yuk luangkan kesempatan untuk bersedekah. Tak perlu menunggu kaya untuk bersedekah. Tak perlu menunggu ajal menjelang untuk menolong sesama. Semakin sering bersedekah semakin banyak hikmah dan barokah yang kita peroleh. Inshaa Allah. Semoga kita semua senantiasa dalam perlindungan dan pertolongan Allah dunia akhirat. Aamiin.

Sumber:

Sampai Saatnya Kau Lelah


doc halimahassadiyah.wordpress.com


Kau berkata, aku mulai lelah
Kau bergusar, aku mulai letih
Kau bergumam, apa aku salah?

Tidak, mata teduhku.

Kau sudah lalui perjalananmu dengan amat sangat indah
Kau telah berhasil bangun dari setiap jatuhmu
Kesakitan yang berhasil kau lewati, itu jadi bingkai hidup yang paling berharga
Lalu mengapa kini kau surut dengan mudahnya?
Mata teduhku, lihat aku
Disini. Di bawah naungan cahaya Illahi aku senantiasa mendoa untukmu

Mungkin takkan kau dengar lewat sayup angin
takkan kau lihat pula dari mata teduhmu sendiri
Namun percayalah pada ketulusan ini
Pada ketulusanku untuk membersamaimu
sampai saatnya kau benar - benar merasa lelah


Boyolali, 20 Juli 2014

Jangan Ada Bohong Di Antara Kita



doc forum.viva.co.id


Pernahkah kita takut kehilangan?
Kemudian dengannya justru membawa kita pada suatu ketidakjujuran?
Tentu saja, itu sudah menjadi kebiasaan yang wajar dilakukan.

Entah deh, pagi ini rasanya begitu sesak. Amat amat sangat. Why Dian, why? Any someone else made you sad (again)?

Bukan someone-nya sih, tapi lebih tepatnya adalah kenyataan si someone yang nggak jujur (dan ketidakjujurannya terbuka oleh saya sendiri. Huh!). Ya mungkin ketidakjujuran itu seperti pathogen yang udah menyerang psikis si doi sehingga akhirnya menyebarlah pathogen itu ke dalam jaringan tubuhnya *halah. Dan pada akhirnya… menjadikan suatu ketidakjujuran sebagai kesehariannya.

Orang Jawa sih bilang orang yang kayak begitu disebut dengan lamisan. Huwooo huwooo.

Nah… menurut surveynya LSCL (Lembaga Survey Cak Lontong) ketidakjujuran telah mendarah daging pada hampir seluruh umat manusia di muka bumi sejak ia menginjak usia 13 tahun. Yah, tepatnya ketika menginjak usia remaja. Di usia – usia tersebut, manusia telah tersadar akan pentingnya mengambil sikap tidak jujur.

Contoh nih, suatu ketika di kelas seorang murid SMP diminta untuk mengumpulkan PR (Pekerjaan Rumah) di meja gurunya. Si murid yang memang malas beud buat ngerjain PR itu lantas ngeles kepada sang guru. Dia berkilah bahwa tugasnya ketinggalan di kios pasar burung (ceritanya si anak ini memang suka membantu ayahnya berjualan burung *eh,burung?). Sang gurupun memaklumi keadaannya dari cerita tipu – tipu berhadiah yang direkayasanya. Si murid bilang, sehari lalu dia membantu ayahnya berjualan burung hingga larut, sampai akhirnya buku yang dipakainya menulis PR tertinggal di kios. Dan yeaay! Pembohongan berhasil. Si murid lantas senang bukan kepalang. Hari – hari berikutnya, si murid kecanduan berbohong. Dia nggak cuma berbohong untuk PR – PR nya! Tapi juga untuk hal – hal yang lain. Untuk memanfaatkan kesempatan.

Ya, orang akan terus meningkatkan kelihaian berbohongnya ketika suatu kebohongan berhasil digunakannya untuk memperoleh kesempatan.

Well, disini saya nggak akan membahas suatu pembohongan dalam skala besar, seperti KORUPSI (mungkin?). Not for this. To be honest, saya terkadang juga heran kenapa ya kita mudah banget terlena untuk mengatakan apa yang sebenarnya tidak ingin kita katakan? Kita takut kehilangan sesuatu sehingga tak jarang itu mengharuskan kita untuk berbohong, isn’t it?

*garuk – garuk tembok *gigit – gigit leptop *tidur

Nih ya, pernahkah kita (saya dan jenengan) mendapatkan suatu pengalaman dimana seseorang bercerita pada kita tentang sesuatu yang memang secara audiovisual itu sangat riil dan masuk akal. Tetapi setelahnya ada ‘sesuatu’ yang membisiki telinga kita bahwa sepertinya si orang itu tidak mengungkapkan kebenaran. Yaa, it seemed you have (uhmm) sixth sense! Nah, itu yang sesungguhnya terjadi! Bukan… bukan tentang sixth sense tapi tentang suatu perlindungan yang diberikan oleh otak kita. Ini umum terjadi. Pernah mengalami, ‘kan?

Sejatinya, otak kita punya kemampuan yang luar biasa! Dalam suatu tulisan anonim di www.akuinginsukses.com Otak memiliki kemampuan membaca dengan cepat semua yang ditangkap oleh indra penglihatan kita serta menguraikan tanda maupun sinyal (termasuk didalamnya modus dan kode. Hwehehe). Hebatnya lagi, kemampuan otak ini bisa diasah lho! Nah, malanglah buat para oknum yang suka berbohong. Otak tidak dilatih untuk memiliki kemampuan seperti yang saya sebutkan di atas, melainkan kemampuan untuk berbohong. So bad! Jadi ibaratnya begini, ketika dia gemar berbohong, kemampuan otak untuk “melindungi”nya dari kebohongan orang lain semakin menurun. Ketika dia semakin gemar berbohong, maka semakin banyak juga nantinya kebohongan yang diterimanya.

Maksudnya menerima kebohongan?

Begini, anggaplah seorang murid hobi banget membuka “catatan kecil”nya setiap ujian berlangsung. Oke sih, dia –mungkin- jadi juara kelas, tapi apa itu abadi? Nggak lah ya…

Nah, contoh eksplisitnya bisa kita imajinasikan dengan berbagai cara. Hehehe. Pada intinya kebahagiaan yang diterima oleh si pembohong adalah kebahagiaan semu semata J

Oh iya, ada info istimewa nih!

Dari www.ruangpsikologi.com saya mengutip bahwa ada perbedaan alasan mengapa perlu berbohong di antara kaum adam dan kaum hawa. Meskipun semua jenis kelamin berbohong dalam frekuensi yang sama, namun untuk kaum hawa sebagian besar berbohong dengan alasan untuk melindungi perasaan seseorang. Sedangkan kaum adam, sebagian besar berbohong karena lebih berorientasi pada diri dan kepentingan. Nah lo, yang cewek, yang punya pasangan, patut untuk berhati – hati *iket kepala*.

Terus gimana sih cara kita bisa mendeteksi apakah lawan bicara kita tengah berbohong atau tidak?

Sebenarnya, aku yakin, sejatinya, aku sangat yakin, bahwasanya… haiisssh. Kita sebenarnya sudah punya kemampuan membaca apakah si dia lagi berbohong atau memang mengungkapkan kejujuran. Yang umum kita jadikan metode yaitu dengan melihat tatapan matanya. Jika tatapan si dia kemana – mana, ngalor ngidul, nggak fokus ke kita yang sebagai lawan bicaranya, hampir bisa dipastikan bahwa dia sedang menutupi sesuatu. Kok gitu? Ya nalarnya ketika dia yakin dengan apa yang diungkapnya maka keyakinan itu juga akan ditunjukkan oleh bahasa tubuhnya, termasuk mata.

But so far, don’t judge them as lier by their covers. Karena terkadang, beberapa orang punya kelemahan mengungkapkan sesuatu dengan ragu – ragu. Sekalipun itu benar.

Saya pribadi sebenarnya nggak terlalu paham juga bagaimana cara mendeteksi kebohongan seseorang. Ada sih alat yang bisa buat menguji kebohongan, lie detector namanya. Ya keuleus kita kudu bawa – bawa alat itu untuk tahu apakah lawan bicara kita lagi bohong atau jujur. Hahaha. Lagipula alat itu biasanya cuma digunakan di pengadilan :D :v

Ilmu ini biasanya dipelajari oleh para psikolog (hayooh yang mahasiswa psikolog unjuk rasaa). Kalau kata seorang kawan di UPI yang juga mengambil jurusan psikologi berujar bahwa ilmu mempelajari kebohongan *eh* dipelajari dalam mata kuliah Ilmu Pernyataan pada bab Gesture. Hoohoo yang mau memperdalam ilmu mempelajari kebohongan seseorang dan bagaimana menangkisnya, bisa tuh belajar dari mereka (psikolog). Jangan disini, jangan sama saya, karena saya adalah seorang rimbawan, mantan calon mahasiswa psikologi, yang sampai sekarang masih suka dengan dunia psikologi. Hahahaha.

Oke reader yang saya cintai, sebelum perbincangan ini berakhir ada wise words dari Ali bin Abi Thalib bahwa “Orang yang melakukan kebohongan akan mendapatkan tiga hal: Kemurkaan Allah, kebencian malaikat, dan dilecehkan sesama manusia.”

Na’udzubillah. Padahal seringnya dari kita (juga saya) sering menjadikan kebohongan sebagai alat penyelamat. Alibinya sih demi kebaikan ya…
Aduh mama sayangee, sepertinya kita (juga saya) perlu belajar menjaga lisan baik – baik :’(

Perlu berpikir ribuan kali untuk mengungkapkan suatu hal yang sebenarnya berlawanan dengan kata hati (sekalipun itu sebenarnya membawa kita pada keberuntungan). Ada yang mengatakan jujur itu ajur (ajur: sia-sia). Tapi sesungguhnya memang, tidak ada pedang seperti kebenaran dan tidak ada pertolongan seperti kejujuran.

Nah kan? Cerita saya yang 'pagi ini begitu sesak' kok meluber kesana kemari. Hohoho. Maafkan J Yang penting mah sama – sama belajar hehehe. Gemericik air di bak mandi sudah memanggil nih, saya pamit undur diri dulu ya reader J Terimakasih banyak sudah berkunjung dan membaca J Maafkan atas keterbatasan saya dalam membagi apa yang sedikit saya ketahui..

----------------------
Catatan:
Perbedaan bohong, tipu dan dusta menurut http://www.psikoterapis.com/ 

Kata ‘bohong’ (kata kerjanya adalah berbohong) cenderung digunakan untuk kasus-kasus yang bernuansa netral dan biasa. Sebaliknya kata ‘tipu’ biasa digunakan pada kasus-kasus yang cenderung menimbulkan kerugian pihak yang dibohongi atau yang ditipu. Nuansanya cenderung lebih suram atau berbau kriminalitas daripada kata ‘bohong’.  Kata ‘dusta’ cenderung digunakan pada saat bohong dilakukan, sekaligus adanya pengingkaran terhadap sesuatu yang diyakini benar oleh umumnya masyarakat.

--------------------------------------

Yog, 18 Juli 2014

Aksara Kita dalam Selimut Hujan



Ini waktu yang tepat untuk mengaksara
Tak perlu banyak bicara, lihat..
Jemari ini telah siap dengan tumpah ruah ceritanya

Tanah di seberang sana masih mengering saja, sekering hati ini sesaat
Sebelum akhirnya waktu mengantarkanku padamu
Tak ada suara antara kita saat itu
Karena guyuran air deras menghujam batu dan cadas
Aku, kau, kita tenggelam menikmati kesyahduan yang alam ciptakan
Petrichor.
Aroma khas tanah yang senantiasa menyeruak kala hujan turun
untuk sekedar mendamaikan hati yang gulana
Dan petrichor seperti halnya kau yang entah datang ‘tuk sekedar sirami keringnya hati ini
Lalu bulir demi bulir air yang kita lihat seperti menyorakiku gila
Ya, aku amat menggilai petrichor saat itu, begitu juga padamu

Kini, hujan memunguti sisa diamku.
Membungkusku rapat hingga membisu
Tentu kau masih ingat desau hujan saat itu
Dan juga petrichornya yang menentramkan
Tidakkah kita harus berterimakasih padanya?
Tentu saja.
Kau hujan, kau yang menggerakkan aksaraku bersuara

Kau hujan rinduku, kau yang mencipta kegilaan ini

Yogyakarta, 16 Juli 2014

From Boyolali to Indonesia




DOC PRIBADI. DR. 1


Boyolali.

Yeah, this is the small town in Central Java. My HOMETOWN! Oops sorry. I have to use bold and capitalize words cause IT IS THE MOST IMPORTANT THING that should you know. Well, sorry again. May be I will be crazier for.

Ok well, it  will be started? 

I will inform you about this city. Boyolali, or wellknown by name Milk City. Why must Milk? Sure that, Boyolali is one of the cities in Indonesia that produced the best of cow milk. And so far, I think (it is just on my opinion) Boyolali having the best milk in the world, ever,  before Swiss. Haha.

I had be a Boyolali girl since 5 years old. And now, I am 20th years old. So, I had lived there for FIFTEEN YEARS. Hey, this is a incredible! Some people always having trouble with their socialization and made ‘em decided to left their hometown. Go to to the new city or may be country (!) to build their new life. It is just my joke *who care.

Ok, let’s come back.

Have you see or listen about Boyolali? May be (only) a little bit?

NEVER?!

Oh blame on it. I don’t know why, some of my friends and may be also you always ask me “Where is Boyolali located? Is it a part of East Java? Or may be Sulawesi?”

Hey hey, your fools are so much. I usually replied like that.

“So if not, may I say that Boyolali is the outlying place? No light, no electric, no phone. Still have primitive life, isn’t it?”

Whoaaaa, so hurt me. Really! Hahaha.

Well, now, please let me tell you about the wonderful things of Boyolali.

Boyolali is a city that located at slope of Merapi Mountain. Have a cold wheater, chilly atmosphere, fresh water, minor pollution. I really love lived there. And before, apologize me for this weakness to don’t inform you about the geographical position. You might be know by browsing in google map :) Perhaps.

If you walk around from village to village you will find our Java cultural which is still strong. You also will find in Boyolali the large, really really large, of paddy field that extend so green! Your Majesty, let me conclude (too fast) that the city where have the largest paddy field in Central Java is BOYOLALI. Yeah! Hoo hoo, standing applause for this.
It is the evidence:

DOC PRIBADI. DR. 2


Our field not only for paddy but also for vegetables. The empty area among paddy field we planted some vegetables such as carrot, cabbage, bean, spinach, and many more. Also sometimes we planted fruits like cucumber, watermelon, banana, etc. We have strong principal to use the land become more useful, no empty, although just one meter.

Look deeply the picture! The land slope looks beautiful. Have you know about this? It called terasering (in Bahasa). The main function is to avoid from landslide. Also, it was the alternative way to optimalize the land (field). Make sure that you amazed with that. You want more? Okay, this!

DOC PRIBADI. DR. 3

and...

DOC PRIBADI. DR. 4

Oh, my another heart said that you begin to go down. You begin insecure, ‘Why my city doesn’t like yours?’
Are you doing crazy thing like this? To imagine your breaking heart after look a little bit of my city?


DOC PRIBADI DR.5

Hey, you. Yes, you. Come on sit a while with me :)

Indonesia is an agricultural country (actually). We have the largest green areas (actually). But the truth is our population is getting exploded. We need more and more houses, food, job, and so on. The best option to solve them is land conversion of green areas.

Land conversion more time is more increasing. This phenomenon certainly can bring serious problems later in life if not anticipated seriously from now. The implication, conversion of agricultural land that uncontrolled can threaten food supplies capacity and even in long term can cause social harm.

You know, I really thank God had lived in this city that have large green areas. But probably at 5 years later, Boyolali my hometown will be like your city :( Fine, I have to keep it from destruction. Yeahh! Must!

It is about our duties, together. Could you keep it (our environment and riches) for our next generation? Exactly. We are young, we are agent of change, we can.

Now… To be my high appreciation for your reading I will show you Boyolali from the hill! This :)


DOC PRIBADI. DR.6


To end of all I really thanks for your visitting and  reading :) Hopefully, you also can share everything about your city each others. I open  for your advice, idea, and life motivation. See you there! Terimakasih!

Remember, we should always help to each others, espescially for all of victims of humanity sake in Gaza. Please, pray and help them :)