Aku dan Sumarah di Pekan Seni Mahasiswa Daerah (PEKSIMIDA) DIY 2014 (bagian 1)
Alhamdulillah usai. Alhamdulilah selesai
juga proses panjang itu. Sabtu, 14 Juni 2014 menjadi puncak dari segala usaha itu.
Teater telah menjadi bagian dari kehidupanku.Itulah
sebab mengapa aku sampai pada Peksimida ini.Jujur, aku tak pernah ada angan –
angan untuk mengikuti Peksimida.Tapi bulanitu, Mei 2014, Teater Gadjah Mada menggelar
seleksi Peksimida cabang teater monolog untuk seluruh mahasiswa UGM yang
nantinya mewakili kampus ke ajang seni bergengsi itu.
Mendadak pada suatu malam, aku dihubungi
oleh ketua Komunitas Seni Kehutanan(KSK) yang mengabarkan soal seleksi Peksimida
tingkat Universitas itu. Ada 3 cabang yang ditawarkan olehnya: monolog, baca puisi,
dan menulis cerpen. Weeww, aku sangat suka ketiganya! Tapi entah kenapa,
hasratku lebih memilih cabang monolog.
Singkat cerita.
Tepat pada tanggal 21 Mei 2014
aku mengikuti seleksi tersebut. Keadaanku saat itu sangat memprihatinkan! Flu
berat, batuk kering, dan suaraku hamper hilang! Bukan aku tidak mempersiapkan fisik
dengan baik, tapi memang waktu itu aku dihadapkan pada kondisi yang penuh dengan
kesibukan ini itu yang cukup menguras tenaga dan membuatku drop. Agak pesimis juga
ketika kondisi badanku yang amat sangat tidak fit ini. Tapi pagi itu, sebelum seleksi
dimulai, aku berdoa padaNya: Allah, Dian
hanya ingin malam ini tampil dalam seleksi monolog dengan lancar. Sungguh tak
ada niat besar untuk lolos seleksi.
Saat seleksi, aku membawakan
monolog berjudul “Aeng” karya Putu Wijaya.Sungguh! Aku sangat suka dengan
monolog ini.Karakternya sangat kuat, emosinya kental, aku banget.Hihi.
Tak ada teman – teman sefakultas yang tahu soal
aku yang mengikuti seleksi ini sekalipun aku mengikutinya untuk mewakili Fakultas.
Terkecuali Mas Fatah (Kadep PONI LEM FKT) dan Abel (Ketua KSK) yang memang tahu
karena mereka berdua yang mendaftarkanku dalam seleksi tersebut.Tiba pada malam
itu, seleksi dilaksanakan. Aku hadir disana dengan Mas Rio (my special one, wkwkwk). Sengaja aku tak membawa massa yang banyak karena
kupikir, toh masih seleksi. Takut malah tidak maksimal hasilnya kalau disebarluaskan.
“MAAF SAYA SEDANG BATUK KERING”
Itu tulisan yang kutulis di atas kertas
HVS yang kemudian kugantung di leher ketika aku tampil.Maksud dari tulisan itu adalah
agar para juri tahu bahwa sejatinya suaraku tidak separau itu. Suaraku yang sebenarnya
sungguhlah sangatseksi. Hihihi.
Great. Meski suaraku paraunya minta ampun, tapi aku berhasil membawakannya
dengan baik. Sombong dikit ndakpapalah yaa.Wekeeke.
Tibalah pengumuman itu. Jumlah peserta
dengan skor tinggi ada 3 orang. Padahal, dari sekian banyak peserta seleksi
yang nantinya akan mewakili UGM hanya 2 mahasiswa. Dan, salah duanya adalah peserta
dengan skor tinggi yang sama.Itu adalah aku dan Mbak Iim. Akhirnya dilakukanlah
seleksi antara aku dan Mbak Iim untuk menemani satu peserta yang telah lolos
seleksi dengan skor tertinggi.
Sayang..
Seri lagi.Ya, setelah dilakukan seleksi
akhir, skor kami sama lagi. Sempat tertawa geli juga karena kejadian ini.Tapi,
aku sangat bersyukur karena setidaknya aku mampu memperoleh hasil yang sedemikian
baik meskipun kesehatanku saat seleksi tidak mendukung.
Setelah berunding cukup lama, juri
memutuskan untuk member kesempatan berproses pada kami bertiga, yang menjadi jawara
seleksi, selama kurang lebih 3 minggu. Dan setelahnya akan diadakan pementasan
yang akan menentukan 2 perwakilan dari UGM. Dengan senang hati aku menerimanya.
Sekalipun akupaham, pasti butuh lebih banyak energy dan waktu untuk berproses dengan
mereka, disamping jugaberkuliah, mengerjakan hal lain, dan lainnya.
Tapi niatku untuk beproses sudah bulat:
meningkatkan kualitasku dalam berteater.
Aku memang tidak mengejar angan untuk
menjadi perwakilan UGM dalam PEKSMIDA. Semua ingin kulalui seperti air mengalir
saja. Semua ingin kulalui dengan senang hati.
(bersambung ke bagian 2)
Yk, 15 Juni 2014