WHAT'S NEW?
Loading...

HARAP TENANG, ADA RESPONSI



Ruang demi ruang kujelajahi ‘tuk menuntaskan khayalan ini
Entah di mana lagi aku harus berhenti mengurai tanya
Satu hal yang harus kau tahu, aku takkan pernah  berhenti berharap
Padamu sebuah keyakinan kuteguhkan
Oh, kau Dewaku
Nistakah aku jika mencintamu dengan begitu hebatnya?
Salahkah aku jika mendambamu menjadi pemilik tulang rusukku?
Ikuti irama debar jantungku, kau akan temukan rasa terdalam yang tiada matinya

Pangeran Malam dan Putri Rembulan



Malam itu angin sepoi – sepoi membelai lembut kulit seorang laki – laki yang tengah duduk menerawang langit malam. Ya dia adalah Pangeran Malam. Seorang pangeran yang selalu berkelana mencari cinta sejatinya di saat malam tiba.
Saat ini Pangeran Malam tengah duduk menyendiri di atas bukit. Ia tak merasa kedinginan meskipun angin malam begitu menusuk ke dalam pori – porinya. Baginya malam telah menjadi bagian dari hidupnya. Malam telah menjadi saksi bisu akan pencarian cinta sejatinya selama ini.
Pangeran Malam begitu terpesona dengan keindahan langit malam ini. Langit terlihat begitu cerah meski tak secerah hatinya yang selalu sepi. Pangeran Malam tersenyum menatap gemerlapan bintang yang berserakan di langit. Mereka seolah – olah mengisyaratkan kepada Pangeran Malam bahwa dirinya tak sendiri.
“Aku yakin, engkau akan datang padaku di saat bunga sakura mulai tumbuh dalam hatimu.” batin Pangeran Malam.

* * *
Angin malam berhembus dengan sangat kencang hingga memporak – porandakan pepohonan yang tumbuh disekitar tempat itu. Angin yang bergulung secara vertikal itu semakin lama semakin mendekati kaki bumi.
Perlahan angin mulai surut dan menampakkan suatu keanehan, seorang gadis tiba – tiba muncul di balik datangnya angin tadi. Gadis itu mengenakan pakaian serba putih tanpa alas kaki. Gadis itu mulai berjalan tanpa mengerti kemanakan ia harus berjalan.
Tak lama gadis itu mulai lelah, dan memutuskan untuk beristirahat di sebuah bukit yang luas. Ia merebahkan tubuhnya di antara hamparan rumput hijau sambil menatap langit malam yang kelam. Tak ada satupun benda – benda langit yang menampakkan dirinya pada malam ini. Semua seperti hilang di telan kegelapan malam.

* * *
Pangeran Malam terus menatap langit tanpa rasa jenuh. Akhir – ankhir ini langit terlihat berbeda dari biasanya. Langit tampak lebih kelam tanpa adanya seberkas cahaya yang selalu mengisi keheningan malam.
“Adakah kiranya kau tahu akan penantian panjangku selama ini? Terlalu lama aku lalui semua ini sendiri. Terlalu lama aku tersudut dalam lorong kesunyian. Dan andai saja kau mengerti akan semua ini.” lirih Pangeran Malam.
Seorang gadis tengah berjalan tertatih menghampiri Pangeran Malam. Ia yakin, saat ini Pangeran Malam tengah menantikan kehadirannya.
“Andai kau tahu, setiap malam aku selalu menantikan hadirmu di sini. Tak peduli akan hawa dingin yang selalu menusuk tulang dan suasana malam yang mencekam kelam. Tak peduli akan …”
“Mungkinkah aku yang kau maksud ?”
Pangeran Malam tersentak mendengar suara itu. Secepat kilat ia membalikkan tubuhnya untuk mengetahui asal suara itu.
“Kau?”
“Ya. Aku Putri Rembulan.”
“Aku benar – benar tak percaya kau akan datang padaku.” kata Pangeran Malam dengan suara yang bergetar.
Putri Rembulan tersenyum. Selepas itu keduanya duduk berdampingan menatap langit malam yang semakin kelam.
“Asal kau tahu, aku selalu mendengar rintihanmu dari kejauhan sana.” kata Putri Rembulan sambil menunjuk ke arah langit.
“Maaf, aku memang terlalu bermimpi.”
Putri Rembulan tersenyum mendengar ucapan Pangeran Malam.
“Kau tidak sedang bermimpi. Nyatanya malam ini aku datang padamu.”
Pangeran Malam terbungkam. Sebenarnya ada banyak deretan kata yang terangkai dalam otaknya, namun semuanya tertahan, tersekat dibibirnya.
“Aku mencintaimu Rembulanku. Jauh sebelum kita bertemu, aku sudah mencintaimu dengan caraku yang sederhana. Aku yakin kau lebih mengerti dibanding apa yang ada dibenakku saat ini.”
Putri Rembulan mendesah perlahan.
“Tak banyak yang aku mengerti dari benakmu. Hanya saja aku mengerti bahwa engkaupun juga merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan saat ini.”
Pangeran Malam terhenyak, ‘Maksudmu?”
“Ya. Aku juga mencintaimu. Aku juga telah lama menantimu. Tapi …”
“Tapi apa ?”
“Kita tak mungkin menyatu.”
“Maksudmu?!”
Pangeran Malam merapatkan tubuhnya ke tubuh Putri Rembulan. Diraihnya tangan Putri Rembulan yang begitu dingin. Pangeran Malam benar – benar tak mengerti akan perkataan Putri Rembulan yang terakhir.
“Rembulan… sejak pertama kali kita bertemu aku telah merasakan desiran yang teramat hebat dalam hatiku….”
“Ya. Akupun juga merasakannya.” sela Putri Rembulan.
“Dan kau tahu? Sejak saat itulah aku mulai mengerti dan memaknai cinta. Tapi sejak kau memutuskan untuk kembali ke asalmu aku mulai putus asa dalam menjalani hidupku. Aku mulai berkelana untuk mencari cinta yang lain. Namun tak bisa, Rembulan. Karena setelah itu aku baru sadar hanyalah engkau cinta sejatiku.” ujar Pangeran Malam sambil menggenggam erat tangan Putri Rembulan.
“Pangeran Malam… Aku juga sudah yakin bahwa hanya engkaulan satu – satunya cinta sejatiku, tapi seperti yang kukatakan sebelumnya, kita tak mungkin menyatu. Aku dan kamu jauh berbeda.”
“Ssstt… Engkau tak perlu bicara perbedaan.’
“Tapi inilah kenyataannya kita berasal dari alam dan dunia yang berbeda. Dan perlu kau tahu, tak lama lagi aku akan kembali.”
Pangeran Malam tersentak mendengar ucapan Putri Rembulan.
“Kau akan meninggalkanku. Kau akan melakukan hal yang sama seperti yang dulu kau lakukan saat engkau terhempas di bumi ? Kau akan…. Arghh!” runtuk Pangeran Malam.
“Pangeran Malam, dengarkan aku baik – baik. Aku juga tak ingin meninggalkanmu. Aku terlalu mencintaimu. Tapi, ini semua sudah menjadi keputusanku meski aku sendiri berat untuk meninggalkanmu. Aku harus kembali karena aku harus menerangi malam setiap insan yang ada di bumi. Lihatlah, langit begitu kelam karena aku tak berada di sana. Kau harus mengerti hal itu pangeran. Ini semua sudah menjadi kewajibanku. Dan perlu kau tahu, aku takkan pernah melupakan kebaikkanmu saat engkau menolongku ketika aku dihempaskan oleh Dewa Langit ke bumi. Berkat kebaikanmu aku mampu menjalani hidupku kembali.”
Sejenak mereka tenggelam bersama keheningan malam. Hati Pangeran Malam begitu berkecamuk. Ia merasa penantiannya selama ini hanyalah sia – sia.
“Putri Rembulan, bagaimana bisa aku hidup tanpamu?” lirih Pangeran Malam.
“Kau pasti bisa, Pangeran. Aku akan selalu setia menemanimu di saat malam mulai tiba, aku akan selalu setia mewarnai malammu. Aku akan …”
“Cukup Rembulan. Aku tak sanggup untuk mendengarkannya.” Rintih Pangeran Malam sambil tak kuasa membendung air matanya.
Sejenak Putri Rembulan merasakan keanehan dalam dirinya. Tubuhnya seperti terseret oleh magnet yang begitu kuat. Anginpun juga tiba – tiba datang dengan kencangnya. Pangeran Malam tak mengerti dengan apa yang akan terjadi setelah ini.
“Apa yang terjadi, Rembulan ?!!!.
“Sudah waktunya pangeran. Aku harus pergi!” seru Putri Rembulan yang sedang bertahan di tengah angin malam yang begitu kuat menerjangnya.
“Rembulan, aku mohon jangan tinggalkan aku!” ronta Pangeran Malam.
“Tak bisa Pangeran. Aku harus pergi. Satu hal yang perlu kau ingat, aku akan selalu mencintaimu Pangeran.”
Pangeran Malam tak sanggup berkata – kata. Semakin lama angin semakin kencang dan membawa tubuh Putri Rembulan melayang ke angkasa. Berangsur – angsur angin mulai reda dan bayangan Putri Rembulan semakin tak berbekas.
Pangeran Malam duduk bersimpuh dihamparan rumput. Ia tak sanggup merelakan Putri Rembulan untuk pergi dari sisinya.
Tak lama, samar – samar suara terdengar oleh Pangeran Malam. Ya, suara Putri Rembulan.
“Pangeran Malam, lihatlah ke langit. Aku telah kembali keperaduanku. Aku telah kembali untuk mewarnai malam. Dan untuk terakhir kalinya aku katakan padamu, aku sangat mencintaimu, Pangeran.”

* End *

Teruntuk: Cinta




Cinta,
Tak mengapa aku begini.
Tersiksa oleh khayal sendiri.
Sadarku berkata, hatimu masih meragu.
Cinta,
Mungkin segala debar yang memburu jantungku tak pernah kau dengar
Aku memang terlalu pandai untuk menutupinya
Tapi, tak apa. Aku memang harus begini.
Cinta,
Ingin sekali rasanya aku melukiskan segala rasa dalam kanvas yang masih bersih
Membaurkan warna yang mempesona, bersamamu.
Tapi mungkin nanti, dan tidak untuk saat ini
Cinta,
Aku sering berdialog dalam diamku
Mengurai angan gila jika kita, aku, dan kamu melebur bersama kasih yang sempurna
Cinta,
Mungkin segala gejolak yang ada, mendera batinku dengan teramat
Dan kau tak pernah tahu, bergolaknya batin jika didera rasa seperti ini
Tapi tak apa, aku memang harus begini.
Cinta,
Andai kau tahu
Dalam diamku, aku mencintaimu dengan caraku yang sederhana
Kau juga tahu, aku tak pandai merangkai kata
Maka beginilah caraku; mencintaimu dalam diamku
Tapi, Cinta
Percayalah, cinta adalah hal yang sederhana
Maka jika kelak kau juga mencintaiku, cintai aku dengan sederhana
Jika kau tak mampu, maka cintailah dirimu dulu
Karena sejatinya, cinta adalah hal yang sederhana tapi kekal adanya

Yogyakarta, 6 Desember 2013