Dian dan Kenyataan yang Tak Terucap
Alhamdulillah..
Segala syukur tak henti kupanjatkan kepada Allah, Tuhan Maha
Esa yang menguasai jagad raya. Segala terimakasih tak henti kuucapkan
kepadaNya, orangtua, sahabat, dan teman - teman. Tahun 2014 merupakan tahun
penuh pencapaian besar. Juga tahun dimana banyak pasang surut yang kuhadapi. Banyak
duka tangis yang kunikmati. Tapi juga banyak haru bahagia yang kujelang.
Aku selalu berprinsip untuk menjadi orang yang senantiasa
bermanfaat setiap harinya. Entah, dengan cara apapun. Bagiku, tiada
yang lebih membahagiakan selain menebarkan kebermanfaatan untuk sesama.
Aku adalah tipe orang yang
mengalir atas sebuah target. Tetapi terstrategi. Ya, meskipun ngalir harus tetap punya langkah - langkah nyata dan strategis
untuk mewujudkannya, dong? :)
Aku masih ingat betul… Saat masih duduk di perkuliahan
semester I, aku berujar panjang tentang keinginanku yang ingin mengikuti banyak
organisasi. Mama menyetujuinya.
“ Nggak papa kamu ikut
banyak organisasi. Nggak papa kalau kamu jarang pulang ke rumah nantinya. Tapi kamu
harus janji sama Mama, kuliahmu jangan terbengkalai. Buktikan dengan IP - mu
nanti, ya. Kamu juga jangan berprestasi di dalam kelas, tok. Tapi juga harus di luar kelas.”
Intinya dari apa yang disampaikan Mama, aku harus bisa bertanggung
jawab atas keputusanku. Meskipun banyak organisasi tetapi prestasi harus tetap
jalan. Seimbang.
Pesan Mama itulah yang memotivasiku hingga sampai detik ini. Terlebih
aku adalah anak pertama dan juga cucu pertama. Terlebih aku bukan dari golongan
keluarga bergelimang harta. Terlebih aku adalah anak broken home. Lengkap sudah. Aku harus menjadi teladan untuk adik -
adikku nantinya.
Setiap hari harus lebih baik, setiap hari harus lebih
berkualitas, setiap hari harus lebih bermanfaat. Kata - kata yang kubuat
sendiri ini bak pelecut yang luar biasa dalam hidupku. Ya karena aku tidak
ingin hidup sekedar hidup :)
Jungkir balik yang luar biasa benar - benar kurasakan di
tahun 2014.
Banyak yang tidak tahu karena aku bukan tipe informan
kesibukan diri sendiri.
Banyak yang tidak menduga karena aku bukan tipe orang yang
bisa ditebak. Hehehehe.
Pencapaian yang diberikan Allah padaku di tahun 2014 sungguh
besar! Tapi besar pula perjuangan yang dibutuhkan untuk mencapai pencapaian itu. Analoginya, seorang
petani tidak akan pernah panen padi jika tidak pernah menanam dan merawatnya.
Ya, menanam dan merawat!
Ini dua kata kias yang penuh makna.
Menanam: menanam kebermanfaatan, menanam kebaikan, menanamkan semangat untuk
diri sendiri, menanamkan keyakinan, menanamkan prinsip hidup, dan lainnya.
Merawat: merawat hati supaya tidak ‘berpenyakit’, merawat (menjaga) kebermanfaatan
dan kebaikan diri untuk sesama, merawat semangat, merawat keyakinan, merawat
prinsip hidup, dan lainnya.
Anyway, it’s just a
simply way.
Dari 8 organisasi yang kuikuti sejak semester I, di tahun 2014
aku tersadar untuk memfokuskan diri pada beberapa organisasi dimana amanah yang
diberikan padaku lebih besar dari organisasi yang lain. Dan pada akhirnya aku
hanya berfokus pada 4 organisasi saja yaitu: Sebagai Ketua Divisi Teater Komunitas
Seni Kehutanan, Ketua Divisi Humas Perisai Diri, Ketua Rubrik Tokoh Majalah
Foresta, dan Volunteer Taman Karunia. Di luar itu sebenarnya aku juga masih
mengikuti aktivitas nonformal di antaranya menjadi Sahabat Percepatan
Pengembangan Kepemimpinan Mahasiswa dan menjadi anggota luar biasa Teater
Gadjah Mada.
Di awal tahun 2014 aku sudah bekerja dengan program - program
kerja yang kubuat bersama tim divisiku. Alhamdulillah, Allah membersamaiku
dengan orang - orang yang bisa bekerja secara tim dengan baik. Allah memudahkanku
untuk memimpin mereka.
|
Acara gathering anggota Perisai Diri UGM 2014 |
|
Nyelfie dulu di Kejurnas Perisai Diri 2013 |
|
Mewakili KSK dalam Forestry Got Tallent 2014. Alhamdulillah juara I. |
Peluang datang
tidak terprediksi. Beruntungnya
kita, ada 2 opsi disini: Ambil dan berarti harus berjuang lebih
keras lagi atau tinggalkan dan tak perlu harus berjuang lebih
keras.
Bersyukur aku diberi keberanian oleh Allah. Untuk memutuskan ‘ambil’ itu bukan perkara mudah. Butuh keberanian
yang tinggi, kawan. Keberanian untuk bertanggungjawab, keberanian untuk mengambil
resiko, keberanian untuk berlapang dada jika hasil tidak sesuai. Ya, semua
butuh keberanian J
Sebagai contoh, di bulan Maret aku diberi amanah untuk menghandle rubrik segmen tokoh untuk majalah
Foresta, majalah Fakultas Kehutanan yang distribusinya sudah di berbagai
penjuru. Di saat masa - masa wawancara dengan tokoh kami, seorang teman
menawariku untuk mengikuti seleksi Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida)
tangkai Monolog tingkat Universitas. Dimana 2 peserta terbaik akan mewakili UGM
dalam ajang Peksimida DIY. Great! Ini
salah satu targetku juga! Lantas bagaimana?
Ambil.
|
aktor terbaik Peksimida DIY :) |
Ya, aku mengambil peluang itu. Lantas bagaimana amanah di
majalah Foresta dan organisasi yang lain? Padahal untuk mengikuti seleksi itu,
diperlukan latihan.
Aku tetap menjalankan tugasku juga. Toh latihan monolog tidak
setiap hari. Dan juga, aku memiliki tim yang bisa kudelegasikan. Tentu kita
telah mengenal istilah penanggung jawab, ya. Tapi pengawasan dan kontrol untuk
tim tetap kulakukan juga, dong :)
Lantas bagaimana dengan kuliah?
Kuliah itu
bukan kesibukan, melainkan kewajiban.
Mau tidak mau, aku harus tetap berkuliah dengan baik karena Mama membiayaiku di UGM untuk berkuliah. Bukan untuk berorganisasi.
Yang biasa kulakukan
ketika kuliah berlangsung:
1)
Mencatat pemaparan dosen. Bukan sok rajin. Tapi ini sungguh
lebih baik ‘kan ketimbang duduk bengong nggak jelas dan ujung - ujungnya
ngantuk? Apalagi aku gampang banget ngantuknya! Hahahaha. Eh tapi pernah kok,
di tahun 2014 ini aku tidur di dalam kelas. Mimpi pula! Parahnya saat itu aku
duduk di bangku paling depan, dekat dengan meja dosen. Dan sang dosen itu
membangunkanku. Aku terhenyak. Pening. Ini mimpi atau apa sih? Kok suara orang
ketawa heboh banget? Taunya nyata! Keterlaluannya… Akupun cengar - cengir nggak
jelas. Tapi bersyukur, punya pengalaman luar biasa gini.
2)
Aktif. Bukan sok pinter. Tapi ini memang cara
ampuh menggaet hati dosen! :D
Kalau dosen tanya tentang suatu hal,
dan ketika suasana itu lagi hening, aku selalu mengusahakan untuk menjawab. Sekalipun
jawabannya sudah kuyakini mlengse, tetap
saja kucoba jawab. Pada akhirnya dosen akan memaparkan juga, kan? Itu salah
satu contohnya.
3)
Berburu materi. Bukan sok rajin. Tapi ini sungguh
penting! Ibarat kata, materi kuliah adalah senjata untuk berlaga di medan
perang. Untuk senjata menghadapi quiz, tugas, dan ujian.
4)
Diskusi. Bukan sok tahu. Tapi diskusi ini
penting untuk mengukur seberapa jauh kemampuan kita. Nah, pasti ada celah kita
menemui ketidaktahuan itu. Dan biasanya aku bergegas bertanya kepada teman -
teman yang pengetahuan mengenai kuliahnya lebih advance.
Ada praktikum? Laporan?
Aku juga! Haha.
Tapi lagi - lagi itu kewajiban. Nah,
untuk mengerjakan laporan, nih. Aku sering mengerjakan laporan di sela - sela
istirahat latihan teater, di sela - sela istirahat suatu acara yang ku-handle, dan yaa.. intinya sih fleksibel.
Yang terpenting kita sudah menanamkan
prinsip bahwa kuliah itu kewajiban. Maka alam bawah sadar pasti akan selalu
tergerak untuk menuntaskannya.
Organisasi sudah,
kuliah sudah. Ada satu amanah Mama lagi: prestasi. Yang kuanggap itu bonus atau
award dari Allah.
Hampir semua
bonus yang kuterima, diperoleh dari memanfaatkan peluang. Dan lagi… peluang identik
dengan resiko dan butuh keberanian. Untungnya Allah selalu meyakinkan hatiku
bahwa pasti aku bisa mengambil peluang dan meminimalkan resiko. Untungnya Allah
memberiku keberanian yang lebih.
Maka dari
itu, selain aku berkuliah dan berorganisasi… Aku juga sering meluangkan waktu
untuk menengok info - info lomba seperti lomba menulis cerpen, lomba menulis
karya ilmiah, lomba teater, dan juga kegiatan pertukaran pelajar. Sering aku mengikuti
event semacam ini. Tapi tidak jarang juga aku gagal.
Apakah aku
sakit hati? Frustasi?
Tidak.
Hal - hal semacam lomba dan sejenisnya itu merupakan momen ketidakpastian. Mungkin saja kita gagal. Mungkin juga
kita berhasil! Intinya jangan pernah memblokade pikiran “Ah, kalo aku lomba 'itu', kita kan nggak tahu menang atau kalah. Kalo aku bikin
paspor buat daftar exchange, kita kan
nggak tahu berangkat atau nggak. Takut sia - sia.”
Heloooooooooowwww? Inilah hidup! Itu salah satu bentuk ketakutan. Dan ketakutan menatap masa depan hanya
akan membuat kita kerdil, tidak berkembang, dan tidak berhasil. :)
So, jadi,
jangan pernah memblokade pikiran negatif macam begitu. Kalau
ingin banyak pencapaian yang kita dapatkan, manfaatkan peluang! :)
|
Juara II Umum Porsenigama Cabang Monolog |
|
Juara III Umum Kompetisi Nasional Mitigasi Bencana. Bersama adik kandung (beralamamater UGM) dan panitia (tengah). |
|
Terkadang saya suka ne-MC, lo :D |
|
Terkadang saya suka ne-MC, lo :D |
|
Buku ke 1, 2, 3 |
|
Launching buku ke 3, novel pertama :)
|
|
Nonimator 17 Penulis Terbaik |
|
Kyoto, 2014 |
Selanjutnya..
Setelah urusan kuliah, organisasi, prestasi… Satu hal yang biasa kulakukan
sebagai salah satu bentuk rasa syukurku kepada Allah adalah dengan mengunjungi
teman - teman Panti Asuhan Bina Siwi dan Yayasan Himmatu. Berbagi apa yang
kumiliki dan bisa kubagi. Ingat, menanam dan merawat. Dua kata penting untuk
berujung pada kata memanen. Tanam dan rawatlah kebaikan agar bisa kau panen
kebaikan nantinya :)
|
Bersama teman - teman kampus di Yayasan Himmatu, Bantul, Yogyakarta |
Ada
beberapa orang yang ingin mengetahui jungkir balikku. Sehingga olehnya di
tahun ini aku diundang menjadi pembicara beberapa acara. Alhamdulillah, kesempatan
memberi manfaat lagi.
Apakah aku
nggak pernah main?
Wow, siapa
bilang? Aku juga main, kok :p Mainnya ya sambil kegiatan, lomba, dan
sebagainya. Eh tapi sekali waktu aku juga melakukan eksplorasi alam looh. Seperti eksplorasi
pantai - pantai di Yogyakarta, eksplorasi Solo, eksplorasi Semarang, eksplorasi
Boyolali, dan sebagainya.
Dan di penghujung tahun 2014, Allah memberi saya bonus yang luar biasa mewah :')
----------------
Pada
akhirnya tulisan ini berujung pada ajakan untuk hidup tidak sekedar hidup. Untuk
hidup yang lebih bermanfaat. Hidup hanya sekali, masa muda hanya sekali. Masa muda
adalah masa yang tepat untuk mengakselerasi keberhasilan di masa depan.
Silakan
saja jika tidak menyetujui gagasan dan isi tulisan ini. Hidup itu penuh
perspektif, kok :)
Tulisan ini
saya buat atas dasar kesadaran saya untuk berbagi pengalaman. Juga menjadi
pengingat saya pribadi, bahwa perjuangan hidup tidak pernah berhenti sampai
tiba saatnya Allah menghentikan hidup saya di dunia.Saya juga tidak tahu bagaimana nanti masa depan saya. Sehingga olehnya, saya wajib mempersiapkan segala sesuatunya dari sekarang.
Jika ada yang menilai tulisan ini menginspirasi, Alhamdulillah. Mari sama - sama saling menginspirasi. Jika ada yang menilai tulisan ini adalah wadah saya untuk menyombongkan diri atau riya', mohon maaf. Anda harus kenalan dulu dengan saya dan hati - hati jangan - jangan itu indikasi dengki, penyakit hati yang bisa menghapus kebaikan.Hehehe..
Terimasih sudah membaca...
Salam semangat. Salam manfaat :)